Krak! Lalu Dukun Bertindak

Edisi: 11/41 / Tanggal : 2012-05-20 / Halaman : 56 / Rubrik : KSH / Penulis : Cheta Nilawaty, Ukky Primartantyo, Ariehta Surbakti

Sepuluh pasien di ruang tunggu itu pucat. Mereka mendengar teriakan kesakitan yang tak putus-putus dari mulut pasien yang masuk lebih dulu. Ada yang mengaduh, menjerit minta ampun, atau mengucap istigfar. Suyati, yang antre sejak pagi, keder juga. "Aduh, apa saya pulang saja ya?" ujarnya.

Perempuan berumur 40 tahun itu pekan lalu datang ke Yayasan Pengobatan Patah Tulang Guru Singa untuk membetulkan lengannya yang tak bisa diangkat. Dia mendengar klinik di Pondok Kelapa, Jakarta Timur, itu cespleng. "Ada mungkin seratus orang lebih sebelum saya," ujarnya. Jika seratus orang sebelumnya itu menjerit semua, tak mengherankan jika Suyati kepingin pulang.

Andreas Perdana Guru Singa, pemilik sekaligus tabib utama klinik itu, tak terpengaruh oleh jeritan-jeritan pilu. Hampir setiap hari dalam 15 tahun ini kupingnya mendengar orang mengerang. "Ya, pasien dan yang ngurut harus berani, supaya benar-benar sembuh," ujar putra kedua mendiang Rusli Guru Singa, pendiri klinik itu, tersebut.

Untuk urusan menyambung tulang patah, Rusli memang sudah tenar. Mula-mula dia berhasil mengobati tangan saudaranya yang patah. Mengetahui bisa mengamalkan ilmu yang diturunkan oleh nenek moyangnya, mantan sopir bus Jakarta-Solo itu buka praktek di Cililitan, Jakarta Timur. Dan langsung terkenal.

Pria asal Sibolangit, Sumatera Utara, ini semakin masyhur ketika seorang profesor dari Universitas Panama datang untuk diurut pada 1995. Karena sembuh dan takjub, sang profesor memberi Rusli gelar doctor honoris causa. "Penganugerahannya dilakukan di suatu tempat di Blok M,…

Keywords: -

---

Foto Terkait