MENGGUSUR BECAK DARI BUMI BETAWI

Edisi: 49/19 / Tanggal : 1990-02-03 / Halaman : 70 / Rubrik : NAS / Penulis :


TERMINAL bis Manggarai, di Jakarta Selatan, pagi Sabtu pekan lalu tampak meriah.
Sebuah tenda besar terpasang di sana, melindungi ratusan hadirin dari ancaman
hujan. Di situ hadir Gubernur Jakarta Wiyogo Atmodarminto. Lapangan terminal itu
dipenuhi oleh 50 mikrolet yang masih baru.

; Haji Rachmad, seorang bekas juragan becak, menyerahkan sebuah bendera kuning
pada Wiyogo. Bendera itu bergambar becak. Lalu Wiyogo membalas memberikan
bendera biru, yang bergambar sebuah mikrolet, kepada sang haji.

; Memang sebuah acara simbolis. Hari itu Gubernur Wiyogo meresmikan pembukaan
trayek baru 50 mikrolet tersebut untuk kawasan Jakarta Selatan. Ini adalah
pelaksanaan dari program Pemda DKI untuk mengalihkan profesi pengusaha atau
tukang becak menjadi pemilik, sopir, dan kernet mikrolet. Buat Gubernur
Wiyogo, yang belakangan banyak disorot karena tindakan drastisnya menggusur
becak dari Jakarta, acara itu jadi penting buat menjawab suara-suara yang
menentangnya.

; Sekitar dua bulan yang lalu, program yang sama telah dilaksanakan di empat
wilayah Ibu Kota lainnya -- Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Pusat, dan
Jakarta Timur -- yang masing-masing dapat jatah 100 mikrolet dengan trayek
baru. Semua mikrolet baru itu dikelola oleh bekas pemilik dan penarik becak.

; Sebagai contoh, Basir Haryanto, yang hadir dalam acara itu, adalah bekas
pemilik 150 becak. Kini pensiunan letnan satu TNI-AD itu mendapat enam
mikrolet dengan cara mencicil. Uang muka tiap mobil Rp 5,5 juta. "Nggak tahu,
deh, apa cicilannya nanti bisa dibayar," katanya.

; Bagi Wiyogo, program itu membuktikan bahwa tindakannya menghapus becak
dilakukannya secara konsepsional, tidak asal main hantam kromo. "Kami tidak
sekadar menghapus becak. Yang terkait juga diselesaikan sebaik-baiknya," kata
Gubernur Wiyogo kepada wartawan TEMPO, Linda Djalil. Artinya, Pemda DKI
berusaha menekan sebisa mungkin berbagai dampak penghapusan becak. "Ya tukang
becaknya, becaknya sendiri, pemilik, dan konsumennya," tambah Wiyogo.

; Yang dimaksudkannya adalah pengangguran yang diakibatkan penghapusan becak,
pemilik becak yang kehilangan usaha, serta konsumen yang kehilangan angkutan.
Maka, sejak program alih profesi tukang becak digencarkan dua tahun lalu,
banyak juga tukang becak atau pemilik becak yang sudah berganti kerja. Pada
1988, misalnya, 500 bekas tukang becak beralih profesi menjadi tukang sayur
keliling.

; Tahun berikutnya, 75 orang jadi tukang sayur, 400 orang jadi penjaja roti
keliling, 125 orang menjadi sopir mikrolet, 368 orang jadi sopir bajaj, 50
orang tukang las dan listrik, 50 orang bekerja di bengkel karoseri mobil, dan
32 orang bekerja di bengkel bubut.

; Sebelum disalurkan ke berbagai bidang pekerjaan tadi, Pemda lebih dulu
mendidik mereka di BLK (balai latihan kerja) Depnaker, dengan berbagai
keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaan yang mereka pilih. Untuk menjadi
pedagang sayur, misalnya, mereka cukup dikursus enam hari. Tapi, untuk jadi
montir mobil atau pekerja bengkel karoseri, bisa dibutuhkan waktu tiga bulan.
"Setiap hari mereka kami beri ongkos jalan Rp 2.000 sampai Rp 3.000," kata
Eddy Ruchiyat Saleh, Asisten Sekwilda Bidang Kesra DKI, yang menjadi ketua Tim
Penyelesaian Masalah Becak DKI.

; Bila mereka menamatkan kursus dan mulai terjun ke dunianya yang baru, Pemda
memberi modal Rp 50.000 per orang. "Jadi, kurang apa lagi?" kata Eddy
Ruchiyat. Memang, untuk program penanggulangan becak ini Pemda DKI
menganggarkan biaya -- sebagian dari APBD -- Rp 2,1 milyar.

; Jumlah…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?