WAHAI ASONGAN, HARAP MINGGIR ; SUDOMO DAN ASONGAN

Edisi: 52/19 / Tanggal : 1990-02-24 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :


ADA yang berubah di Jakarta. Sejak Kamis pekan lalu,
jalan-jalan di kota metropolitan itu sepi dari pedagang
asongan. Penjaja koran, rokok, permen, dan bermacam dagangan
lainnya serta pengamen, yang biasa beroperasi di
perempatan-perempatan lampu merah itu, kini sudah sulit
ditemukan.

; Inilah salah satu hasil "Operasi Esok Penuh Harapan" (OEPH)
yang dilancarkan menyeluruh dan serentak di seluruh Ibu Kota
mulai 15 Februari 1990. Operasi yang dipimpin oleh Menteri
Koordinator Politik dan Keamanan Sudomo itu boleh
dikatakan sebagai lonceng kematian bagi para penjaja asongan.

; Betapa tidak. Mulai hari itu, semua pedagang asongan dilarang
berdagang di jalan raya. "Mereka akan mendapat izin untuk
berdagang, selama tidak di jalanan. Bila mereka membandel,
polisi siap mengoyak-koyak. Satu-dua akan ditangkap untuk
diproses oleh semacam pengadilan tilang singkat," kata Sudomo
ketika mengumumkan pelaksanaan OEPH, Sabtu dua pekan lalu.

; Dalam pengumuman itu, Sudomo mengimbau para sopir dan
pengendara mobil agar tak membeli sesuatu dari para pedagang
asongan di jalan raya. Dalam pelaksanaannya di peringkat
bawah, imbauan Menko Polkam itu ditafsirkan jadi represif.

; Wakil Kapolres Jakarta Pusat Mayor (Pol.) Elfrizo Tobing,
misalnya, mengatakan akan menilang para sopir yang membeli
sesuatu dari para pengasong. Belum cukup, menurut perwira
polisi itu, bila penumpang bis menabrak ketentuan itu,
sopir yang harus bertanggung jawab, dan ditilang. "Tilang
kilat dilaksanakan di tempat, sedang surat teguran akan
diberikan pada perusahaan bis bersangkutan," kata Elfrizo
Tobing.

; Jangan tanya apa dasar hukum yang digunakan sang Wakapolres
untuk kasus ini. Yang jelas, katanya, untuk memperlancar OEPH
di wilayah Jakarta Pusat saja, dikerahkan 100 polisi. Maka, di
hari pertama itu, telah dijaring 20 pengemudi yang melanggar
"peraturan". Tak aneh kalau asongan menghilang dari jalan.

; Tampaknya, zaman pemerintah bermanis-manis dengan sektor
informal berakhir sudah di Jakarta. Dua tahun lalu dalam
sebuah ceramah di Universitas Kristen Indonesia Jakarta,
Menteri Tenaga Kerja Cosmas Batubara masih menyebutkan
bahwa selama priode resesi 1981-1984 sektor informal tampil
sebagai katup pengaman dalam problem ketenagakerjaan di
Indonesia. Karenanya, eksistensi sektor ini, menurut Cosmas,
tak bisa diabaikan.

; Sepanjang Pelita IV, dalam perhitungan Menteri Cosmas, terjadi
penambahan pengangguran potensial sampai 3,2 juta orang.
Mereka adalah angkatan kerja yang tak tertampung di sektor
formal, apakah itu industri pengolahan, sektor jasa, atau
sektor modern lainnya. Hanya dengan tertampung di sektor
informal, angka tadi diperkirakan mengecil jadi 2 juta orang.
Tepatlah kalau sektor informal tercantum di dalam GBHN.

; Tapi kemudian Gubernur Wiyogo mengganyang becak. Akhir tahun
ini, ia mencanangkan Ibu Kota harus bersih dari becak.
Sekarang menyusul gebrakan Sudomo bagi pedagang asongan.

; Mulai Kamis pekan lalu itu, para pedagang asongan membanjiri
kantor wali kota di lima wilayah kota madya Jakarta. Ini bukan
unjuk rasa. Di sana, mereka mendaftarkan diri sesuai dengan
perintah Sudomo dalam pertemuan dengan para pedagang asongan
di Gelanggang Mahasiswa Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa
pekan lalu.

; Di kantor wali kota, para petugas…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?