Daging dari Tanah Suci

Edisi: 37/42 / Tanggal : 2013-11-17 / Halaman : 86 / Rubrik : AG / Penulis : Erwin Zachri, ,


Suatu siang, menjelang Idul Adha bulan lalu, setelah menjalani umrah, ia menyusuri pasar Kaqiyah, Mekah. Anggito Abimanyu, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, melancarkan investigasi kecil-kecilan atas "keanehan" di pasar domba dan unta itu.

Mencurigakan karena hewan yang dibeli jemaah Indonesia di lokasi ini relatif murah—apalagi mereka tidak menyaksikan pemotongan dan pendistribusian daging hewan. Padahal haji tamattu, model yang biasa ditempuh 90 persen jemaah kita, mewajibkan pembayaran dam atau denda. Lagi pula, menurut laporan berdasarkan survei Bank Pembangunan Islam (IDB), 50 persen dari pelaksanaan dam di pasar Kaqiyah tidak sesuai dengan ketentuan syariah.

"Saya ketemu calo asal Indonesia, ngakunya teman jemaah," tutur Anggito, Kamis pekan lalu. Si calo menawarkan kambing seharga 300-an riyal (sekitar Rp 1 juta), jauh di bawah harga di Indonesia (sekitar Rp 1,5 juta) atau yang ditawarkan pemerintah Arab Saudi dan IDB di Rumah Pemotongan Hewan Modern Moissem, yang mencapai 490 riyal (sekitar Rp 1,5 juta). Di samping harganya lebih murah 20-40 persen, proses pemotongan dan pendistribusian di Kaqiyah juga tak terpantau.

Hamidah, 45 tahun, anggota jemaah rombongan dari Kedutaan Besar Republik…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…