Menunggang Tsunami Mini Bernama Bono

Edisi: 42/42 / Tanggal : 2013-12-22 / Halaman : 60 / Rubrik : IMZ / Penulis : Ananda Badudu, Addi Mawahibun Idhom,


Kapal kayu bermesin diesel yang disebut pompong itu menepi di sisi utara Sungai Kampar yang berair kuning kecokelatan. Kapal berisi belasan peselancar lokal itu bertolak dari dermaga Kelurahan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau. Matahari demikian panas pada Selasa ketiga November lalu. Teriknya terasa persis di ubun-ubun. Para peselancar itu sampai melompat ke daratan mencari batang-batang perdu di tepian untuk berteduh.

Mesin kapal kayu itu dimatikan. Tinggallah terdengar bunyi semilir angin yang mengusik semak ilalang dan sesekali suara buncah air saat tubuh kapal menumbuk pelan bibir sungai yang terkena abrasi. Zulkifli, 23 tahun, peselancar dari Teluk Meranti, duduk sambil mengisap dalam-dalam rokok kreteknya. Dahinya berkerut. Ia tampak menajamkan pendengarannya. Tiba-tiba, keluar dari mulutnya, "Bono sudah datang. Bono sudah datang."

Tanpa diperintah, para peselancar lain langsung melompat lagi ke pompong. Mesin pun kembali menyala dan nakhoda memutar haluan ke arah muara. Sambil merapikan tumpukan papan selancar di tengah dak pompong, Zulkifli mengatakan kepada Tempo yang ikut menumpang: "Suara gemuruh yang terdengar sayup itu tanda-tanda bono. "

Pompong melaju ke tengah Sungai Kampar. Titik yang dituju adalah ujung timur Tanjung Sesendok--daratan di tengah sungai yang sudah terendam air. Di perairan yang tingginya sepinggang orang dewasa itulah para peselancar turun. Mereka bersiap dengan papan masing-masing. Semuanya pasang mata ke arah timur. Di kejauhan, sekitar 15 kilometer dari situ, tampak permukaan air menjulang. Gemuruh terdengar kian keras.

Zulkifli menakar tinggi gelombang itu tak kurang dari dua setengah meter. Semakin lama kian nyata gelombang itu bersalin rupa menjadi ombak. Saat buih di puncak gelombang jatuh, seketika itu terbentuk ombak yang menggulung. Sungai Kampar memperlihatkan keajaibannya. Sebaris ombak raksasa selebar dua kilometer tiba-tiba membentang selebar sungai. Itulah bono yang mereka tunggu.

Bono datang bak ratusan serdadu kavaleri yang menyerang kota, menerjang segala yang ada di lintasannya. Kecepatannya bisa melebihi kecepatan kapal pompong. Di muka bentangan bono ini, puluhan peselancar profesional itu tampak seperti liliput.

Mereka segera mendayung papan dengan tangan menjemput ombak. Kemudian,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…