Sang Imam Seni Kaligrafi Indonesia

Edisi: 22/43 / Tanggal : 2014-08-03 / Halaman : 70 / Rubrik : SN / Penulis : Anwar Siswadi, Nurdin Kalim,


ABDUL Djalil Pirous, 82 tahun, duduk bersama istri, Erna Garnasih, 77 tahun, di studio lukis berukuran sekitar 100 meter persegi di lantai bawah rumah mereka. Bertopi pet cokelat muda, berkemeja, dan memakai pantalon sewarna tapi lebih pekat, Pirous terlihat santai di rumahnya di Jalan Bukit Pakar Timur II Nomor 111, Bandung, 12 Juli lalu.

Siang itu dia tengah rehat melukis. Terkadang dia berjalan ke teras studio yang berdampingan dengan taman belakang, meninggalkan sebuah lukisan abstrak berwarna dominan putih dan kuning yang belum selesai. Lukisan berukuran 1,5 meter persegi itu terpajang di atas kayu penyangga dekat ujung studio.

Di sekitar tempat kerja Pirous, puluhan tube cat berjajar di rak dekat meja panjang yang penuh peralatan melukis. Studio itu juga sesak oleh lukisan-lukisan besarnya di dinding dan berdiri berimpitan di lantai, tapi tetap tertata apik. Di lantai, tergolek tiga lukisan baru seukuran 1-2 meter persegi bercorak abstrak dan kaligrafi. "Itu untuk persiapan pameran di Malaysia," katanya.

Sejak pensiun sebagai dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung pada 2002, Pirous total menjadi seniman. Setiap hari dia tekun melukis sambil berdiri. Biasanya dia melukis dua jam sejak pagi. Setelah itu, dia harus beristirahat karena kakinya membengkak. "Tapi kadang suka keasyikan sampai empat jam. Saya akan meminta Bang Pirous istirahat," ujar sang istri, Erna. Waktu jeda kerap dimanfaatkan Pirous dengan menonton film-salah satu hobinya selain membaca buku. Koleksi cakram padat film (DVD) miliknya mencapai 4.000-an judul Indonesia dan asing dengan beragam genre.

Lahir di Meulaboh, Aceh, 11 Maret 1932, Pirous anak kelima dari tujuh bersaudara keluarga Mouna Noor Muhammad dan Hamidah. Nama Pirous merupakan tambahan yang diberikan mendiang ayahnya. Sebab, saat ia lahir, di lengan kirinya terdapat tanda lahir berwarna biru seperti batu pirus.

Adapun bakat seninya, Pirous menduga itu mengalir dari ibunya. Sang ibu pandai menyulam dengan laken dan sutra. Dari ibunya, dia mengenal proses membuat sketsa seperti gambar daun yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.