Ribut Berulang Gula Rafinasi
Edisi: 44/43 / Tanggal : 2015-01-04 / Halaman : 144 / Rubrik : EB / Penulis : Amirullah, Iqbal Muhtarom, David Priyasidharta
Gedung Griya Sabha Wiratama di Pabrik Gula Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, berubah fungsi sejak beberapa bulan lalu. Aula serbaguna seluas hampir seperempat lapangan sepak bola yang biasa menjadi ajang pertemuan atau hajatan itu kini penuh dengan ribuan karung gula.
Ditumpuk hingga nyaris menyentuh langit-langit, setiap karung berbobot bersih 50 kilogram. "Ini terjadi sejak Agustus lalu," kata Kepala Gudang Pabrik Gula Jatiroto, Machrufin, kepada Tempo, Selasa dua pekan lalu. Menurut dia, penumpukan gula dengan jumlah begitu besar belum pernah terjadi di pabrik anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara XI itu.
Sebenarnya, Pabrik Gula Jatiroto mempunyai 13 gudang induk khusus untuk menyimpan gula. Setiap gudang memiliki kapasitas 4.200 ton. Tapi sekarang semua gudang tersebut sudah penuh. Pengelola pabrik terpaksa menggunakan Griya Sabha Wiratama serta dua ruang kosong lain di bagian selatan dan utara ruang produksi sebagai tempat penampungan sementara gula yang melimpah. Total gula yang tersimpan di 16 lokasi penyimpanan itu sekitar 56.500 ton. Sebanyak 12.500 ton di antaranya bagian yang menjadi jatah petani, sementara sisanya milik Pabrik Gula Jatiroto.
General Manager Pabrik Gula Jatiroto Widodo Karjianto mengatakan penumpukan gula produksi pabriknya terjadi akibat tidak laku dalam lelang. Dalam rapat dengar pendapat dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lumajang, pertengahan Oktober lalu, Widodo sempat mengeluhkan kesulitan produsen gula dalam negeri. Dia mengatakan harga lelang saat ini sangat jauh dari harga patokan pemerintah, yaitu Rp 8.500 per kilogram. Dalam lelang, para pedagang menawar gula dengan harga rata-rata Rp 7.543.
Seperti yang sudah-sudah, petani dan produsen menuding gula rafinasi impor yang merembes ke masyarakat menjadi penyebab jatuhnya harga lelang gula lokal. Akibatnya, gula lokal harus ditumpuk di gudang-gudang dalam jumlah besar.
Dalam laporannya pada November lalu, Dewan Gula Indonesia menyatakan stok gula lokal nasional sampai 31 Oktober berjumlah 1,5 juta ton. Rinciannya adalah gula milik pabrik 676 ribu ton, milik pedagang 621 ribu ton, dan milik petani 229 ribu ton. Direktur Utama Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismed Hasan Putro mengatakan penumpukan gula itu mengakibatkan nilai kerugian mencapai Rp 2,5 triliun lebih. Bersama beberapa PT Perkebunan Nusantara, PT RNI adalah salah satu badan usaha milik negara yang memproduksi gula.
Berbeda dengan gula kristal produksi lokal, gula rafinasi adalah gula mentah (raw sugar) yang dimurnikan untuk kebutuhan industri makanan-minuman, industri farmasi, dan pabrik penyedap rasa monosodium glutamate atau MSG. Gula kristal terlihat bening agak kekuningan, sedangkan gula rafinasi berbentuk bubuk, lebih halus, dan putih.…
Keywords: Gula Impor, 
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…