Guncangan Baru Setelah "monitor"
Edisi: 37/20 / Tanggal : 1990-11-10 / Halaman : 26 / Rubrik : NAS / Penulis :
RAUT wajahnya kusut dan sedikit pucat. Rambutnya yang panjang melintasi bahu
dibiarkannya acak-acakan. Ia cuma mengenakan kaus warna hijau, dengan
celana blue jeans kedodoran. Kakinya beralaskan sandal jepit warna biru.
; Dialah Arswendo Atmowiloto, 42 tahun, wartawan yang kini jadi buah bibir
masyarakat itu. Ketika dicegat TEMPO, ia hanya bisa berkata singkat,
"Katanya pemeriksaan saya sudah selesai. Sekarang saya sih tinggal nunggu
saja. Semuanya terserah mereka (maksudnya polisi -- Red.). Saya pasrah
saja." Sore itu, menjelang magrib, Sabtu pekan lalu, Arswendo tampak
dikawal seorang petugas, keluar dari kamar mandi di lantai dua kantor
Direktorat Reserse (Ditserse) Polda Metro Jaya, di Jalan Jenderal Sudirman,
Jakarta Selatan.
; Arswendo berlindung ke Polres Jakarta Pusat sejak 22 Oktober 1990, setelah
hari itu sejumlah demonstran merusak kantor Monitor di Jalan Palmerah Barat,
Jakarta Barat. Semua ini karena tabloid yang dipimpinnya (Monitor edisi 15 Oktober
1990) memuat hasil angket yang menempatkan Nabi Muhammad saw. di peringkat ke-11,
di bawah sejumlah artis, pejabat, politikus, bahkan di bawah nama Arswendo
sendiri, yang dalam angket itu menduduki peringkat ke-10.
; Menurut sebuah sumber di Polda Metro Jaya, hasil pemeriksaan sementara -- selain
Arswendo telah diperiksa 11 saksi, 7 staf redaksi Monitor, 4 saksi dari
masyarakat, Deppen, dan PWI -- menunjukkan bahwa Arswendo terlibat langsung dalam
merencanakan maupun menulis angket itu. "Hanya ketika itu Wendo tak menyadari
akibatnya akan begini besar," kata sumber tadi.
; Memang boleh jadi Arswendo tak menduga tulisannya itu bisa memancing kutukan dan
demonstrasi oleh masyarakat Islam di mana-mana. Tulisan itu mengakibatkan
Monitor dibredel, sementara ia sendiri dipecat PWI, diberhentikan dari semua
jabatannya di kelompok Gramedia, dan akhirnya ditahan Polda Metro Jaya. Malah
tak sedikit muncul desakan dari masyarakat agar ia dituntut dengan hukuman
mati. "Dalam waktu dekat ini berkasnya akan diteruskan ke kejaksaan," kata
sumber di Polda.
; Sampai pekan lalu, tampaknya heboh akibat angket Monitor mulai mereda walau di
banyak masjid, penghujatan terhadap Rasulullah itu tetap jadi bahan bahasan para
khatib. Tiba-tiba Jumat…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?