Keheningan Paskah Biara Rawaseneng

Edisi: 07/45 / Tanggal : 2016-04-17 / Halaman : 44 / Rubrik : IMZ / Penulis : Stefanus Teguh Edi Pramon, ,


PERINGATAN Paskah tiga pekan lalu begitu kontemplatif di Pertapaan Rawaseneng dan Gedono, Jawa Tengah. Dua biara itu dihuni oleh rahib dan rubiah yang mengikuti tata hidup Benediktus, petapa tersohor pada abad kelima. Setelah tinggal di pertapaan, para rahib dan rubiah itu jarang keluar dari biara. Komunikasi dengan dunia luar pun dibatasi. Tujuh kali sehari mereka beribadat, mendaraskan pujian dalam irama Gregorian, tradisi kuno yang dijaga dan disandingkan dengan budaya Jawa.

Wartawan Tempo Stefanus Teguh Edi Pramono dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo masuk ke dua biara tersebut, merekam kehidupan para rahib dan rubiah sejak mereka bangun.

GENTA tak berkeloneng seperti biasanya di Pertapaan Santa Perawan Maria Rawaseneng, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu tiga pekan lalu. Dinihari itu, para rahib penghuni biara Katolik tersebut masih menjalani triduum, rangkaian peringatan sengsara, wafat, dan kebangkitan Isa Al Masih, yang dimulai sejak Kamis Putih hingga Sabtu Paskah.

Sementara pada hari-hari biasa para rahib irit bicara, pada masa itu mereka semakin larut dalam keheningan dan menghindari bebunyian berlebihan. Hanya terdengar derik jangkrik dan tonggeret di tengah hujan dan kabut tipis yang menudungi biara di kawasan perbukitan sekitar 15 kilometer dari pusat Kabupaten Temanggung tersebut.

Tepat pukul 03.15, seorang rahib memukul-mukul keprok, instrumen tabuh dari kayu dengan suara mirip kentungan. Suaranya terdengar di lorong-lorong biara. Satu per satu pintu kamar para rahib terbuka. Dalam diam, mereka menyeka wajah, lalu menyelimuti badan dengan jubah kekuningan.

Belasan calon rahib berjubah putih, sebagian menutupi kepala dengan tudung penutup kepala, bergegas dari ruang tidur mereka di bagian terbawah biara, menaiki 61 anak tangga, menuju gereja di depan biara. Sebagian rahib tua sudah khusyuk bermeditasi sebelum jam tidur berakhir.

Bangku-bangku kayu para petapa di kiri dan kanan gereja yang berhadapan mulai terisi. Lalu seorang rahib membuka Ibadat Bacaan, mendaraskan pujian pembuka:

"Ya Tuhan, sudilah membuka hatiku…
Supaya mulutku mewartakan pujian-Mu.…"

Lima belas menit sebelumnya, sekitar 70 kilometer dari Rawaseneng, para biarawati yang berdiam di Pertapaan Bunda Pemersatu di Dusun Gedono, Salatiga, Jawa Tengah, memulai ritus yang sama. Dalam dingin yang mencekik kulit, suara…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…