'Modern Times' , Daging Kambing, dan Ketel-ketel Raksasa

Edisi: 40/45 / Tanggal : 2016-12-04 / Halaman : 54 / Rubrik : SN / Penulis : Seno Joko Suyono., Ahmad Rafiq ,


Jemek Supardi melintas. Ia mengenakan topi merah. Pakaiannya rangkap tiga. Berjas, kemeja merah, rompi. Wajahnya dirias putih. Pantomimer Yogyakarta itu lewat di muka para penari yang tengah mengeksplorasi mesin raksasa pengolah tebu yang sudah berkarat dan tak berfungsi. Musik techno berdentum-dentum. Musik yang dimainkan DJ bercadar itu membuat penari bergelora. Mereka memanjat rongsokan mesin, menyelinap di celah-celahnya, bahkan ada yang berani bersalto. Asap buatan yang mengepul mengajak penonton berimajinasi kepada proses produksi pada masa lampau.

Kemunculan Jemek sesaat. Ia seolah-olah bermain tarik tambang dengan para penari, kalah, dan hampir terjatuh. Ia lalu seperti duduk termenung. Penampilannya tak lebih dari empat menit tapi mencuri perhatian. Sebab, di belakang bangkai-bangkai mesin itu ditembakkan film Charlie Chaplin: Modern Times, film bisu hitam-putih tahun 1936. Adegan-adegan Charlie Chaplin bekerja di tengah turbin-turbin raksasa mirip dengan skala turbin yang dilewati Jemek.

"Film Modern Times itu mendapat nyawanya kembali. Meski hanya sebentar, penampilan pantomim cukup memberi makna," kata Milan Sladek, pantomimer Jerman yang menonton. Film itu merupakan refleksi Chaplin terhadap Great Depression, masa-masa Amerika Serikat terjerembap ke resesi ekonomi. Film itu menyajikan betapa para buruh terisap dalam irama kerja mesin. Mesin menjadi tuan atas manusia. Sementara itu, Pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada 1861 tersebut kini adalah kuburan besar bagi mesin-mesin. Pada masanya, alat-alat itu sangat canggih. Mesin-mesin itulah yang membuat kolonialisme bertambah kaya. Namun sekarang berkarat, berlumut, tercampak, dan menjadi sarang hantu.

Dan itulah yang menjadikan pertunjukan Sardono menarik.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.