Legenda Cergam Medan
Edisi: 48/45 / Tanggal : 2017-01-29 / Halaman : 52 / Rubrik : IQR / Penulis : Amandra Mustika Megarani , Sahat Simatupang,
AKHIRNYA paket itu datang juga dari Malang, Jawa Timur. Isinya beberapa jilid komik tua periode Medan. Di antaranya Sri Putih Tjermin dan Dul Molek. Andy Wijaya, kolektor komik di Jakarta, mendapatkannya tahun lalu setelah ditawari pedagang lewat Facebook Messenger. Harganya Rp 5 juta.
Di Ciledug, Tangerang, komik Medan berjudul Mentjari Musang Berdjanggut terbitan Firma Harris akhirnya terpajang di lemari buku rumah Henry Ismono pada 2016. Henry, yang telah beberapa tahun memburunya, membeli komik itu Rp 1,5 juta.
Komik Medan kini semakin langka. Kalau dulu para kolektor bisa mendapatkannya setelah berburu di pasar buku bekas. "Sekarang susah. Biasanya kolektor menunggu ditawari pedagang atau kolektor yang hendak melepas," kata Henry.
Dalam pameran cergam Medan yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada pertengahan Desember 2016, Andy Wijaya, Henry Ismono, dan kolektor komik lain menampilkan sebagian koleksi mereka.
Komik tua periode Medan memang menjadi incaran kolektor komik. Ini karena komik Medan dipandang para pengamat memiliki ciri istimewa. Dari segi estetika gambar, komik ini memiliki kekhasan pada still life dan teknik arsirnya yang penuh. Dari sisi narasi, bahasa teks komik Medan cenderung sastrawi.
Ceritanya juga kompleks, dengan tema beragam, dari kisah kepahlawanan, perjuangan, fantasi, legenda daerah, humor, hingga kisah serius. Marcel Bonneff, peneliti Prancis yang menulis disertasi tentang komik Indonesia, menyebutkan periode komik Medan sebagai "zaman keemasan komik Indonesia". Komik ini tidak hanya beredar di Medan, tapi juga mampu menjangkau kota-kota kecil di Jawa.
Komik Medan merupakan sebutan yang mengacu pada komik yang diterbitkan dari Medan pada 1950-1960-an. Sebutan itu muncul belakangan dari para pembaca komik, kolektor, dan akademikus. Komikus Medan sendiri lebih suka menyebut dirinya "cergamis", dengan karya mereka sebagai "cergam"ââ¬âcerita bergambar. Dalam salah satu pengantar majalah Tjergam edisi pertama Desember 1961 tertulis bahwa cergam bukan sekadar kata untuk menggantikan istilah komik yang berasal dari Barat, tapi merupakan pernyataan bahwa komik Indonesia memiliki kepribadian.
* * *
Perkembangan komik Medan tak terlepas dari peran surat kabar dan majalah. Koko Hendri Lubis, peneliti roman Medan, menyebutkan pada masa itu ada semacam istilah bahwa surat kabar yang terbit tanpa cergam "ibarat makan nasi tanpa gulai dan lauk-pauk".
Komik berseri pada masa awal ini antara lain komik Wak Gantang karya Saleh Husin, yang dimuat di harian Waspada. Belakangan, Wak Gantang ditiadakan setelah Saleh Husin pindah ke Jakarta. Selain itu, ada Adji Djole,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Dan Sang Guru Berkata...
2004-04-18Novel filsafat sophie's world menjadi sebuah jendela bagi dunia untuk melihat dunia imajinasi dan edukasi…
Enigma dalam Keluarga Glass
2010-04-11Sesungguhnya, rangkaian cerita tentang keluarga glass adalah karya j.d. salinger yang paling superior.
Tapol 007: Cerita tentang Seorang Kawan
2006-05-14pramoedya ananta toer pergi di usia 81 tahun. kita sering mendengar hidupnya yang seperti epos.…