Chick Corea, Kemayoran, Larut Malam
Edisi: 03/46 / Tanggal : 2017-03-19 / Halaman : 48 / Rubrik : MS / Penulis : Seno Joko Suyono , Moyang Kasih Dewimerdeka , Gilang Rahadian
MEREKA tiba-tiba maju berjejer. Chick Corea dengan gitar keyboard-nya, Eric Marienthal memainkan saksofon, Frank Gambale dengan gitar, dan Nathan East pada bas. Setelah permainan solo Corea yang panjang, dilatari ketukan drumer Dave Weck, bersama-sama mereka ke depan menyajikan sebuah refrain tak terduga yang menggelitik kuping.
Lagu Got a Match?--judul yang multi-arti, bisa berarti ungkapan kecocokan, melakukan pertandingan, atau mencari geretan api--adalah sebuah komposisi yang selalu menjadi klimaks dari setiap pertunjukan Chick Corea Electric Band. Komposisi itu diambil dari album pertama Chick Corea Electric Band.
Di Jakarta, Sabtu malam, 4 Maret lalu, komposisi itu diawali dengan Chick Corea mengajak penonton bersenandung menirukan nada-nada pendek yang dimainkan dari gitar keyboard Yamaha KX5 (keytar) andalannya. Hampir 4.000 penonton antusias merespons. Got a Match? menjadi ajang komunikasi Corea dengan penonton yang segar.
Biasanya posisi pemain bas Chick Corea Electric Band diisi oleh John Patitucci. Malam itu Nathan East menggantikan Patitucci. East adalah pentolan grup Fourplay, yang biasa memainkan easy jazz. Namun cabikannya terasa gahar. Bas yang dimainkannya kadang seperti tempo kaki seorang balerina yang dengan kaki jinjit mampu melangkah cepat. Saat komposisi ini selesai, seraya tersenyum lebar East langsung berpelukan dengan gitaris Frank Gambale.
n n n
MASIH hangat dalam kenangan Java Jazz tahun 2007. Saat itu Java Jazz masih berlangsung di Jakarta Hall Convention Center (JHCC). Di lobi luar JHCC, Flora Purim menyanyi diiringi perkusi Airto Moreira. Mereka berimprovisasi. Purim berdiri menyanyi lagu Latin, Moreira duduk mengiringinya dengan menggoyangkan maracas di tangan sembari mulutnya mengeluarkan berbagai macam bunyi perkusi.
Flora Purim dan Airto Moreira adalah bekas anggota Return to Forever, kelompok jazz fusion yang dimotori Chick Corea pada 1970-an. Corea, yang berdarah Spanyol, memasukkan elemen Latin ke dalam Return to Forever. Beberapa penggemar jazz yang hadir saat itu sempat ada yang mengatakan, bila Purim dan Moreira bisa datang ke Jakarta, kapan Chick Corea sendiri yang ke sini?
Kini, setelah sepuluh tahun berlalu, akhirnya Chick Corea menjejakkan kakinya di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia membawa Chick Corea Electric Band, yang dibentuk pada 1986 dan dianggap makin membawa free jazz ke arah avant-garde jazz. Juni nanti usia Corea genap 76 tahun. Ia tampak kurus. Corea tiba di Jakarta pada Jumat dinihari, 3 Maret lalu, dan disambut langsung oleh Peter…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…