Kerajaan Bisnis Konglomerat
Edisi: 15/20 / Tanggal : 1990-06-09 / Halaman : 51 / Rubrik : BK / Penulis :
PADA awal kerajaan bisnisnya yang berlangsung selama 100
tahun, Oei Tiong Ham Concern dikenal sebagai NV Handel
Maatschapij Kian Gwan. Didirikan oleh Oei Tjie Sien di
Semarang pada 1 Maret 1863. Pada 1853, dalam usia 23 tahun,
ia beremigrasi dari Provinsi Fujian, Cina Selatan, karena
kemelut Perang Candu dan kegagalan Pemberontakan Taiping.
; Jawa, 1860-an, baru saja sembuh dari "Perang Jawa" (Java
Oorlog) dan Sistem Tanam Paksa yang luar biasa kejamnya.
Tanam Paksa dinerkenalkan, sebagai upaya memperbaiki posisi
keuangan Pemerintah Hindia Belanda setelah terjadinya
kemunduran akibat "Perang Jawa" yang berakhir pada 1830.
Sistem itu disusun untuk memulihkan keuangan secara cepat
dengan menghasilkan panen produk yang siap dipasarkan di
Eropa.
; Di bawah Sistem Tanam Paksa, para petani Indonesia harus
menanami seperlima dari tanah desa dengan tumbuh-tumbuhan
yang jenisnya ditentukan oleh pemerintah kolonial. Ataupun
rakyat harus bekerja selama 66 hari dalam setahunnya di
perusahaan-perusahaan milik negara. Untuk itu, mereka
menerima gaji kecil dan pengurangan pajak tanah.
; Malangnya, lapangan-lapangan kerja lainnya, seperti
pembangunan jalan, kemudian dimasukkan juga ke dalam
peraturan tersebut. Ditambah dengan kurangnya pengawasan.
timbullah penyalahgunaan. Daya beli -- sebagai imbalan dari
sistem itu -- sangat rendah. Rakyat Indonesia tak kebagian
mencicipi bagian layak keuntungan eksploitasi sumber ekonomi
seperti itu. Jadi Sistem Tanam Paksa itu tak diatur oleh
sistem pasar: pemasokan dan permintaan. Itu usaha tanpa
tedeng aling-aling untuk memeras daya guna buruh dengan biaya
seminimal mungkin. Tanpa keinginan untuk mengembangkan
bidang pemasaran yang berhubungan dengan produk-produk yang
dihasilkan.
; Sejauh hal-hal yang berhubungan dengan pasar domestik, pada
1830-an, perekonomian Hindia Belanda tak bergerak sama
sekali. Malah mungkin telah menurun dibandingkan dengan
keuntungan yang datang dari ekspor hasil bumi ke Eropa
(Belanda). Di tempat-tempat yang tak dihuni
perusahaan-perusahaan pribumi, sedikit sekali kemungkinan
untuk memulai sesuatu. Sampai pemerintah kolonial bersedia
mempertimbangkan Hindia (Indonesia) Belanda sebagai sesuatu
yang lebih dari hanya alat pasok ekonomi Belanda.
Risiko-risiko bisnis pun timbul sebagai penghalang.
; Namun, ruang manuver bisnis orang Cina semakin sulit karena
mereka tak diizinkan memiliki tanah. Oleh polisi, mereka
juga dikenai peraturan pas -- kalau bepergian dari satu
tempat ke tempat lainnya. Selama tahun-tahun awal eksistensi
perusahaan-perusahaan khusus itu, orang-orang Cina
ditempatkan pada wilayah tertentu. Di sana, mereka
berkelompok menjadi kubu ekonomi, dipimpin oleh jagonya.
; Bersandar pada ajaran Konfu sius, untuk mengubah kesulitan
menjadi menguntungkan, orang Cina banting tulang dalam kubu
kubu tersebut. Mereka bergerak ke arah penyesuaian dengar
faktor-faktor ekstern. Namun perluasan bisnis secara umur
hampir selamanya lebih cepat ke timbang penghasilan dalam
kubu itu sendiri. Apalagi sebagian besar perluasan usaha
individu diatur oleh berbagai macam serikat usaha (gilda)
untuk menspesialisasikan buruh dan pengusaha yang terampil.
Itu akibat pengaruh praktek monopoli serikat usaha itu untuk
mengatur bagaimana menjadi anggota organisasi. Sekali
menjadi anggota serikat, risiko bisnis dianggap lenyap, apa
pun yang ditentukan oleh peraturan-peraturannya.
; Tapi, tanpa izin, orang Cina tak dapat berdagang di
pedesaan. Karenanya, selama tahun-tahun terakhir abad ke-19,
diperlukan upaya sungguh-sungguh di kalangan pengusaha Cina
untuk berdagang di luar pasar lingkungannya yang tertutup.
; Tak lama setelah penghapusan Sistem Tanam Paksa, secara
bertahap Undang-Undang Gula yang baru menghapuskan pengawasan
pemerintah atas produksi gula. Karenanya,
perusahaan-perusahaan swasta pun mulailah memainkan
peranannya. Sampai pada waktu itu, pengelolaan hasil bumi
lain sudah ditinggalkan oleh pemerintah dan telah beralih ke
tangan swasta. Tapi, dalam kesempatan untuk menggarap
pasaran setempat, risiko-risiko yang sama juga berlalu dengan
kuat. Perkembangan bisnis perkebunan secara besar-besaran tak
mampu meningkatkan tarap hidup para petani, dan keuntungan
dari usaha bebas itu tidak menjamin pengembangan pasaran
domestik. Ekspor hasil panen dari tanah itu ditangani secara
terpadu oleh berbagai perusahaan.
; Lepas dari upaya untuk menganggap enteng posisi kuat
perusahaan-perusahaan tersebut, satu-satunya kesempatan untuk
berkembang sebagai pedagang adalah menangani volume panen
yang sangat sedikit dan berserak di petani kecil pribumi.
Satu-satunya keuntungan yang dapat ditarik para pengusaha
Cina dari undang-undang pertanian baru itu adalah berusaha
mendorong petani kecil untuk menghasilkan dengan hati-hati
produk-produk yang terpilih. Ataupun berusaha masuk ke dalam
perdagangan hasil bumi -- untuk diekspor dalam skala besar.
; Sadar pada risiko, Oei Tjie Sien mengalihkan usahanya dengan
memperdagangkan komoditi Cina dan mengeskpor gula dan
tembakau. Tak lama kemudian, ia mengajak mitra usaha dan
membentuk apa yang dikenal sebagai "kongsi", yang kelak
direorganisasikan menjadi "Kian Gwan" yang artinya "Sumber
Semua Kesejahteraan". Kongsi tersebut didasarkan pada
perusahaan terbatas kekeluargaan.
; Bagi seorang imigran Cina muda membentuk suatu perusahaan
terbatas, menyediakan barang dalam waktu yang begitu
singkat, dan di paksa oleh keadaan adalah sebuah
keberhasilan. Kejutan lain, keluarga Oei Tjie Sien
mempekerjakan orang-orang luar dan bukan dari keluarga
sendiri untuk mengelolanya. Kasus ini memperlihatkan salat
satu perbedaan antara wiraswasta istimewa yang amat berhasil
itu dan pengelolaan perusahaan-perusahaan Cina secara umum di
Indonesia. Perbedaan yang sangat mencolok -- dibandingkan
dengan praktek perusahaan-perusahaan Cina secara umum -- tetap
menjadi ciri khusus perusahaan itu. Sekaligus jadi bukti
akan faktor yang menentukan keberhasilannya.
; Usaha pertama telah dipilih untuk meliput secara luas
tentang benda-benda dan menjamin pasaran secara berlebih,
walaupun terbatas. Pasok barang impor bagi penduduk kubu
etnik Cina dan pembelian hak dari pemerintah untuk menjamin
penyerahan telah mendatangkan penghasilan yang pasti. Di
atas semua dasar yang terjamin itu dibentuklah rumah-rumah
gadai, ekspor gambir dan kemenyan dengan keuntungan besar
yang potensial.
; Kiat Memecah Belah dan Memerintah
; Menjelang pergantian abad, pemerintah kolonial khawatir pada
daya beli rakyat pedesaan yang makin menurun. Banyak
perdebatan mengenai industrialisasi bagi rakyat Hindia
Belanda, tetapi ada juga kepercayaan bahwa orang Indonesia
memiliki kelebihan memadai dalam persaingan industri kecil
melawan para produser Eropa. Sementara itu, pemerintah
kolonial mengikuti kebijaksanaan yang ditujukan pada
perluasan kegiatan pertanian ukuran kecil dan meningkatkan
pasaran untuk produk pedesaan di provinsi luar Jawa.
Menjelang akhir abad ke-19, ekspor hasil pertanian dari luar
Jawa sudah mulai meningkat secara lebih cepat ketimbang yang
dihasilkan di Jawa.
; Di luar Jawa, hasil produk petani kecil makin cepat dari
produk perkebunan. Daftar terlampir (lihat tabel)
menunjukkan kecenderungan dalam ukuran besar kecil kegiatan
pertanian di Jawa (dan Madura) dan di provinsi-provinsi luar
Jawa.
; Sebagai akibat pertumbuhan dan perubahan itu, dalam pola
ekonomi, permintaan atas benda-benda -- terutama beras tumbuh
dengan cepat di luar Jawa. Itu mempopulerkan pengangkutan
laut antarpulau, dan selanjutnya mendorong perluasan
pertanian ukuran kecil di Jawa sendiri. Para kapitalis
kolonial telah gagal mengantisipasi kebutuhan untuk
mengintegrasikan pengangkutan laut di Hindia Belanda.
Sebagai akibatnya, mereka telah mengesampingkan kemungkinan
spesialisasi dan keuntungan marginal yang lebih besar kepada
kegiatan provinsi luar Jawa. Perluasan horison yang amat
besar atas kemungkinan usaha telah memungkinkan tumbuhnya
perusahaan Kian Gwan secara luar biasa antara 1990 dan 1930.
; Agak diragukan bahwa pemilik telah menyusun rencana
horisontal yang sistematis dan terintegrasi secara vertikal
untuk usaha mereka pada pergantian abad itu. Salah seorang
anak, Oei Tiong Ham -- lahir pada 1866 dan memimpin
perusahaan itu selama masa perluasannya yang besar-besaran
melanjutkan dan memperluas praktek mengangkat para pengelola
yang berasal dari luar keluarga. Itu memungkinkannya untuk
mendirikan cabang-cabang baru di Jakarta dan Surabaya. Ia
juga bersikap tegas dalam menuntut hasil dari sebuah kontrak
dan menyeret mereka yang tak memenuhinya ke pengadilan.
Dengan cara itu, ia memperoleh hak pemilikan atas tiga
pabrik gula setelah mengambil alih…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Tamparan untuk Pengingkar Hadis
1994-04-16Penulis: m.m. azami penerjemah: h. ali mustafa yakub jakarta: pustaka firdaus, 1994. resensi oleh: syu'bah…
Upah Buruh dan Pertumbuhan
1994-04-16Editor: chris manning dan joan hardjono. canberra: department of political and social change, australian national…
Kisah Petualangan Wartawan Perang
1994-04-16Nukilan buku "live from battlefield: from vietnam to bagdad" karya peter arnett, wartawan tv cnn.…