Korban-korban Biskuit Maut ; Melacak Jejak Sang Racun
Edisi: 34/19 / Tanggal : 1989-10-21 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis :
RUMAH Sakit Umum Pekalongan, Jawa Tengah, kewalahan. Dari Senin sampai Sabtu pekan lalu, 32 orang pasien datang berbondong-bondong dan mengaku keracunan. Keracunan sodium nitrit? Senyawa kimia untuk pengawet daging dan batik itu diketahui telah mencemari beberapa pabrik biskuit dan menyebabkan jatuh korban ratusan orang di sejumlah daerah, 36 di antaranya meninggal dunia.
Anehnya, mereka yang mengeluh pusing kepala, perut mual, tubuh panas-dingin, dan sebagainya itu tak seluruhnya mengaku makan biskuit. Ada yang mengalami gejala itu setelah makan tempe goreng, kerupuk, bakso, rengginang, bahkan ada yang baru menyantap ikan asin goreng.
"Setelah kami periksa, ternyata cuma satu orang yang menunjukkan tanda-tanda spesifik keracunan biskuit," ujar dr. H. Marwan, Kepala Bagian Perawatan RSU Pekalongan. Sisanya, 9 orang, keracunan jenis makanan tertentu, sedang yang 22 lainnya sama sekali tak sakit, dan langsung hari itu juga dipulangkan ke rumah masing-masing.
"Mereka itu cuma merasa sakit secara psikis, akibat panik mendengar bahaya keracunan biskuit," kata dokter itu. Seorang ibu, misalnya, mengaku pusing dan mual setelah makan bakso. Setelah diperiksa dokter, kata Marwan, "ternyata ibu itu sedang hamil muda."
Panik? Itulah yang tampaknya terjadi pada pekan-pekan ini. Ketakutan terhadap hantu biskuit beracun menyebar ke manamana. Sebagai bukti, bisa didengar keluhan 36 produsen biskuit yang dikumpulkan di gedung Departemen Perindustrian, Jakarta, Rabu pekan lalu. Para pengusaha itu rata-rata mengeluh, penjualan biskuitnya anjlok sampai 50%.
Artinya, sebagian masyarakat sudah memboikot segala jenis biskuit, meski Menteri Kesehatan Adhyatma sudah tampil di TVRI Selasa pekan lalu, menyatakan bahwa cuma lima pabrik biskuit yang produksinya tercemar bahan kimia yang mematikan itu: CV Gabisco dan PT Lonbisco di Tangerang, Jawa Barat, PT Toronto Palembang, PT National Biscuit Mcdan,dan PT Sumber Ratu Layang Indah Pontianak.
Namun, ternyata pabrik biskuit terkemuka turut pula kena getah. Sebagai contoh, omset penjualan PT Khong Guan Biskuit Jakarta, salah satu pabrik biskuit terbesar di sini, melorot sampai 40% dari biasa. "Meski biskuit kami tak tercemar, rupanya masyarakat sudah ketakutan. Sejak awal bulan ini, pemasaran kami menurun 20-30%," ujar Darmadji, Kepala Bagian Umum PT Nissin Biscuit Indonesia, pabrik biskuit besar lainnya, yang berlokasi di Ungaran, Jawa Tengah.
Memang, sampai pekan lalu pukulan yang diterima pabrik-pabrik biskuit ini masih belum separah badai yang menimpa sejumlah produk makanan -- antara lain, kecap, susu, dan biskuit -- akibat heboh lemak babi akhir tahun lalu. Ketika itu penjualan bahan makanan tadi melorot sampai 80%.
Tapi, menurut J.A. Radjagukguk, Direktur Industri Pangan Departemen Perindustrian, kalau heboh keracunan sodium nitrit ini tak segera bisa dijernihkan, penurunan penjualan biskuit akan berlangsung terus, dan dampaknya bagi industri itu diduga akan menyamai heboh lemak babi dulu. "Makanya, soal itu harus cepat diklirkan," katanya.
Sayangnya, sampai pekan ini dari berbagai daerah masih terus datang berita: jatuhnya korban-korban baru biskuit maut. Dalam keterangan pers Menteri Adhyatma Selasa pekan lalu, sampai hari itu sudah 150 korban yang jatuh akibat keracunan biskuit itu, 34 di antaranya meninggal dunia.
Korban terbesar jatuh di Muara Enim, Sumatera Selatan (30 kasus, 8 meninggal); Pandeglang, Jawa Barat (30 kasus, 3 meninggal); dan Sukabumi, Jawa Barat (23 kasus, 9 meninggal). Semua korban yang meninggal terdiri dari bayi dan anak kecil, yang memang lebih rentan terhadap sodium nitrit.
Tapi tampaknya sekarang jumlah korban sudah lebih besar. Dalam catatan Kanwil Depkes Jawa Barat, sampai Senin pekan ini korban di provinsi itu saja sudah mencapai 160 orang, 20 di antaranya menemui maut.
Sehari setelah keterangan pers Menteri Kesehatan itu, Rabu pekan lalu, di Desa Lancok-Lancuk, Bireuen, Kabupaten Aceh Utara, Muhamad Fadil, bayi berumur satu tahun, menemui ajal setelah diberi biskuit produksi sebuah pabrik di Medan. Kondisinya melemah, sekujur tubuh, bibir, dan telapak kakinya, membiru. "Prosesnya cepat sekali, ia tak sempat saya bawa ke…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?