Mawar Buat Sang Transmigran
Edisi: 10/18 / Tanggal : 1988-05-07 / Halaman : 23 / Rubrik : NAS / Penulis :
SEBAGIAN besar masa kariernya habis di daerah. Selepas menamatkan akademi militer Magelang, 1960, ia menjadi komandan peleton pada sebuah batalyon Siliwai di Cipanas, Bogor.
Dari sana berpindah-pindah ke berbagai daerah, dan setelah 25 tahun, baru ia masuk ke Jakarta, April 1985, dengan pangkat mayor jenderal sebagai Asisten Personalia pada Kepala Staf Umum ABRI. "Mungkin karena terbiasa tinggal di daerah, anak saya tak kerasan di Jakarta," kata Menteri Transmigrasi, Soegiarto, 52 tahun, kini jenderal berbintang tiga.
Dalam jabatan barunya, pengalaman itu memberi manfaat bagi bekas Kasospol ABRI itu. Setidaknya, ia sudah cukup mengenal berbagai proyek transmigrasi di daerah-daerah. Ia, misalnya mengenal daerah transmigrasi di Luwuk, Sulawesi Selatan, karena pernah mengunjungi daerah itu sebagai Panglima Kodam XIV Hasanuddin.
Dalam beberapa tahun ini anggaran departemen itu melorot terus. Baru tahun ini menaik sedikit menjadi sekitar Rp 124 milyar, dari Rp 111 milyar tahun sebelumnya. Proyek memindahkan manusia yang dibebankan pada Soegiarto memang bukan sesuatu yang mudah dipikul. Tapi katanya, "Sebagai prajurit, saya sudah dibiasakan selalu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?