BILA KERATON TAK BISA LAGI ...
Edisi: 48/17 / Tanggal : 1988-01-30 / Halaman : 33 / Rubrik : NAS / Penulis :
DALAM kerangka pikiran tradisionalis, keraton adalah pusat, adalah model. Intuk memahaminya diperlukan interpretasi yang memakai pendekatan realisme simbolik: realitas harus dibaca sebagai lambang-lambang.
Contohnya bisa diambil dari beberapa kata yang ada di keraton dan sekitarnya. Di Keraton Solo, umpamanya. Rajanya bernama Paku Buwana. Ada menara yang disebut Sangga Buwana.
Dari kata-kata itu dapat ditafsirkan bahwa keraton itu adalah ruang yang berbeda dengan sekitarnya. Perbedaan itu bukan hanya bentuk dan struktur, tapi juga kualitas, dalam arti kosmos-magis atau keramat.
Di keraton itu ada keteraturan, ada sistem. Ada semacam kosmos. Sedang ruang di luar keraton tak berbentuk, amorf, jadi chaos. Kosmos itu lawan dari chaos.
Nama-nama dalam keraton tadi menunjuk konsep tata ruang yang bertolak dari kekuasaan raja. Buwana berarti dunia. Secara lebih luwes berarti alam semesta. Jadi,keraton adalah pusat semesta ini.
Ada keraton sebagai pusat, lantas ada negari, negari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?