Sebuah Dosa Bagi Komunisme

Edisi: 27/18 / Tanggal : 1988-09-03 / Halaman : 54 / Rubrik : SEL / Penulis :


SEORANG lelaki timpang turun dari trem, tertatih-tatih menyeberang, melintasi sebuah taman yang sepi. Rambutnya semrawut tapi di tangan kanannya nampak serumpun bunga lila segar. Tok-tok-tok, suara ketukan tongkat penyangganya, jelas menunjukkan ia sedang tergesa-gesa memburu sebuah pertemuan.

Di sudut jalan, lonceng berdentang. Sosok-sosok tubuh lainnya bergegas di bawah lindap bayang pepohonan. Satu per satu mereka memasuki ruang hening katedral Santa Ignasius yang dibangun pada tahun 1665 itu. Di kilasan cahaya matahari yang merembes dari ambang pintu, wajah orang itu nampak keriput, menderita, dan pasrah.

Lelaki pincang itu pun masuk, menyentuh air suci dan membuat tanda salib di kening dan dadanya. Kemudian ia beringsut ke sebuah ceruk kecil terang-benderang dengan cahaya lilin-lilin di sekitar patung bunda Maria. Melalui terali besi, sambil bersimpuh, ia tanamkan bunga-bunganya di bawah kaki Maria.

Ratusan umat sudah berkumpul di seputar altar. Namun, para pemuja tidak henti-hentinya mengalir masuk. Beberapa orang berdoa dengan khusyuk, sambil berlutut di lantai, selama beberapa menit, tak peduli dengan lalu lalang di sekelilingnya.

Lima belas menit melalui pukul lima sore. Lonceng dalam katedral berbunyi. Beberapa meter di atas, tinggi di atas jemaah, orkes gereja -- organ, violin, trompet, timpani, dan paduan suara -- terdengar gegap-gempita. Di bawah, prosesi "sacristies" mengayunkan dupa, membuka jalan bagi Uskup Lubec, yang muncul dari balik pilar-pilar katedral, menuju altar.

Apa yang dirayakan di katedral Praha, Minggu sore 31 Juli lalu itu, bagi mata telinga saya, tak nampak istimewa. Itu tak ubahnya dengan misa lain umat Katolik di seluruh penjuru dunia merayakan hari Santa Ignasius. Tapi saya orang asing di sana. Di Cekoslovakia, sebuah negara komunis yang kehidupan beragamanya ditindas pemerintah selama 40 tahun, peristiwa itu sesuatu yang penting.

Pihak komunis telah mengoper kekuasaan di Cekoslovakia pada bulan Februari 1948. Saat itu, ratusan pastor dan pemuka agama diseret dari gereja, ditendang ke tambang-tambang dan pabrik pemerintah. Sebagai pekerja paksa. Pengejaran terhadap mereka yang menjalankan keyakinannya kemudian berlangsung terus tak henti-hentinya.

Ceko kian merah dengan pendudukan Soviet. Lihat saja hasilnya. Menurut Amnesti Internasional -- bila angka yang disajikannya benar pada tahun 1970 keluar peraturan pemerintah yang melarang gerakan keagamaan untuk dakwah; 1979, polisi menyita sejumlah literatur keagamaan dan alat-alat cetak dari seluruh umat di pelosok negeri; setahun berikutnya 200 sampai 300 dari 3.500 pastor Katolik mengalami nasib yang sama: dilarang menunaikan ibadat. Misalnya: Oskar Formanek, 66 tahun, seorang Yesuit tua, harus masuk bui empat tahun lantaran menyelenggarakan sembahyang bersama di rumah-rumah pribadi.

Demikianlah sore itu menjadi istimewa. Tak ada pasukan antihuru-hara yang mendobrak gerbang katedral atau memukuli para umat yang hadir.

Seorang perwira berbintang tiga berdiri memojok di deretan bangku paling belakang. Bukan sibuk mencatat nama para pemuja di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…