Grand Slam, Setelah Itu Seoul

Edisi: 29/18 / Tanggal : 1988-09-17 / Halaman : 71 / Rubrik : OR / Penulis :


PETER Graf yakin bahwa suatu saat anak gadisnya akan menjadi kampiun tenis. Padahal, ketika itu si anak belum lagi genap berusia empat tahun. Namun, sang ayah sudah melihat bakat pada buah hatinya yang tampak sudah menggebu-gebu ingin bermain tenis. Bahkan dalam usianya yang masih kencur itu ia mampu memegang raket dengan baik dan memukul bola tenis dengan kencangnya. "Tangannya lebih kuat dari anak laki-laki seusia 7 tahun," kata Peter.

Lima belas tahun kemudian, apa yang diimpikan Graf itu menjadi kenyataan. Steffi, begitulah nama anak gadisnya yang kini berusia 19 tahun, Sabtu pekan lalu membuat sejarah. Ia memenangkan turnamen AS Terbuka setelah di final menghantam musuh bebuyutannya Gabriela Sabatini dari Argentina, 6-3, 3-6, dan 6-1.

Kemenangannya itu membuat ia berhak atas gelar yang diidam-idamkan setiap petenis mana pun di dunia, yakni menjadi juara Grand Slam -- memenangkan empat turnamen paling bergengsi: Australia Terbuka, Prancis Terbuka, Wimbledon, dan AS Terbuka berturut-turut dalam satu tahun kalender.

Memang tak semua pemain -- bahkan Bjorn Borg, John McEnroe, Jimmy Connors, Martina…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…