BOM NUKLIR UNTUK ORANG MISKIN

Edisi: 38/18 / Tanggal : 1988-11-19 / Halaman : 49 / Rubrik : SEL / Penulis :


SEROMBONGAN helikopter datang pada pukul 8 malam 25 Agustus lalu," tutur Sherif Saadallah pada reporter David Hirst, "dan mereka menjatuhkan gas di kampung kami, Nerva. Banyak orang tewas di sana -- sekitar 120 orang pada desa yang berpenduduk seribuan."

Nerva hanyalah sebuah kampung Kurdi di Irak Utara. Sherif adalah salah seorang yang beruntung: selamat dan sempat lari ke Turki. Bertahun-tahun, ia hidup dalam hujan bom dan dalam kancah perang antara tentara Irak dan gerilyawan Kurdi yang berjuang untuk kemerdekaannya. Ia tak bisa kabur, karena itu satu-satunya tempat yang ia kenal. Bom? Apalah bom. Ia masih bisa menemukan gua-gua pegunungan buat berlindung. Tetapi menghadapi gas apa uang bisa dipakai buat berlindung. Sherif pun meninggalkan segalanya, lari pontang-panting ke utara mencari selamat.

Sherif hanya seorang di antara ribuan orang Kurdi yang lain. Membentang sepanjang ratusan kilometer di perbatasan Turki-lrak, kelompok demi kelompok pengungsi muncul dari selatan para keluarga dengan anak-anaknya, para lanjut usia, juga para remaja yang tengah mekar-mekarnya. Mereka terpaksa berjalan kaki berhari-hari sebelum mencapai perbatasan. Mengalir dari berbagai tempat di Irak Utara, dari lembah-lembah tempat persembunyian gerilyawan Kurdi. Mampu bertahan menghadapi bom di masa lalu, kini mereka kabur diporak porandakan senjata yang tak ada penangkisnya gas racun.

Ya, bukan hanya Sherif. Semua mereka mengadukan nasib mengerikan yang menimpa kaumnya, meratapi mereka yang terpaksa di tinggal mati kelu nun di sana -- sebagian besar menceritakan bagaimana bom gas telah melalap kampung-kampung mereka.

"Jahanam itu bagai asap yang menyergap mata kami, tubuh-tubuh kami," kata Siddiq Shakir, gerilyawan Kurdi, pada reporter lain. "Baunya macam bawang busuk, menggigit dan membakar. Di kampung ada 900 orang penduduk, sebagian besar mereka tewas. Begitu juga kambing, keledai, dan kucing."

Hanya mereka yang kuat yang bisa kabur dan sampai di perbatasan. Banyak di antara mereka yang luka terbakar, kulit hangus, dan cacat karena gas beracun. Di semua kamp pengungsi, orang-orang bergeletakan. Sebagian mungkin karena disentri, tapi sebagian lain jelas lantaran pengaruh sengatan gas beracun itu.

Kesaksian para pengungsi meyakinkan bahwa pemerintah Irak telah menggunakan gas beracun secara sistematis dan besar-besaran di daerah perbatasan, untuk menyapu habis perlawanan orang Kurdi. Dari berbagai daerah terlontar kisah yang sama, bagaimana kampung mereka diserbu. Salah seorang menyebut adanya "lautan gas" yang membentang antara kampung dan lembah tempat persembunyian penduduk. Inilah mungkin pertama kalinya dalam sejarah: pemerintah memakai senjata terkutuk untuk membasmi warganya sendiri. Dan korban, kebanyakan, penduduk sipil. Bukan gerilyawan. Bukan main.

Para pengungsi membutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk bisa menyeberang. Pemerintah Turki membangun penampungan darurat, tempat mereka mendapat pengobatan ala kadarnya. Aliran pengungsi menurun karena tentara Irak menutup tempat penyeberangan, siapa pun yang mencoba pasti ditangkap atau ditembak.

Diperkirakan 50 hingga 150 ribu pengungsi Kurdi memasuki Turki, minggu-minggu itu.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…