Subsidi Bbm Menggelembung

Edisi: 42/18 / Tanggal : 1988-12-17 / Halaman : 87 / Rubrik : EB / Penulis :


MINYAK dan gas bumi, dalam pandangan Ginandjar Kartasasmita, tak bisa lagi jadi sokoguru APBN. Pernyataan Menteri Pertambangan dan Energi itu ternyata tak sedikit pun mengurangi gairah Pertamina, yang berulang tahun ke-31 Senin lalu.

Dan Faizal Abda'oe, Dirut swasta pertama yang menggantikan A.R. Ramly, Agustus lalu, masih bisa menyusun rencana perusahaan untuk lima tahun mendatang. "Dulu Pertamina hanya memperhatikan masalah pengolahan, tapi sekarang akan memanfaatkan semua aset yang ada," kata Abda'oe. Nadanya optimistis.

Jelaslah, Pertamina akan dikembangkan dari berbagai kegiatannya yang sudah ada. Menurut Abda'oe, dewasa ini 70% kegiatan Pertamina adalah untuk menstabilkan pemasokan BBM. Memang itulah misi utama Pertamina. "Kalau rugi, pemerintah memberi subsidi. Kalau untung, diteruskan kepada pemerintah," tutur Abda'oe.

Rekor baru subsidi BBM, di luar dugaan, tercipta pada tahun anggaran silam. Hal itu terungkap dari laporan yang disampaikan Dirut Pertamina di DPR awal bulan ini. Biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan BBM tahun anggaran 1987-1988 mencapai Rp 7,3 trilyun. Sedangkan penjualan BBM -- yang antara lain berupa minyak tanah, solar, premium, super -- hanya Rp 5,3 trilyun. Berarti tekor berat, yang hampir mencapai Rp 2 trilyun.

Subsidi sebesar itu memaksa kita berkerut kening. Ironis. Bukankah subsidi Rp…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…