MODERASI IRAN DAN PERSEPSI AMERIKA

Edisi: 11/17 / Tanggal : 1987-05-16 / Halaman : 19 / Rubrik : REF / Penulis :


PADA musim gugur 1985, R..K. Ramazani, seorang sejarawan pada Universitas Virginia, AS, dalam sebuah artikel yang dlmuat Foreign Policy, mendesak Amerika agar "memendam kapak peperangan" dengan Iran dan mencari perdamaian dengan Republik Islam. Tentu saja, ia menekankan kepentingan strategis perbaikan hubungan dengan negara yang berpenduduk lebih dari 45 juta dan berbatasan dengan Uni Soviet, Pakistan, Afghanistan, dan Turki itu.

Yang lebih penting, ia telah mencium suatu arah baru yang lebih pragmatis pada sikap politik Iran. Kecenderungan moderat ini, ia percaya, memungkinkan peluang bagi prakarsa Amerika. Dan ia merasa, mengeksploitasi peluang itu merupakan hal yang mendesak sekali. "Kegagalan Amerika bersikap menahan diri (terhadap Iran)," ditulisnya, "dapat menghancurkan setiap kesempatan untuk menjelajahi kemungkinan yang sebenarnya barangkali sudah ada."

Ironinya, pada saat Ramazani menyerukan itu, pemerintahan Reagan sedang mengambil langkah-langkah percobaan untuk menjalin hubungan dengan para pejabat Iran. Sekarang kita tahu, prakarsamereka itu telah berubah menjadi amat buruk. Ketika masih banyak yang setuju akan pentingnya pembicaraan antara Amerika dan Iran, pendekatan pemerintahan Reagan kepada Iran telah ditangani dengan canggung. Terlepas dari dampak domestik peristiwa yang banyak dipublikasikan itu, inisiatif yang ceroboh itu sedikit-dikitnya merupakan suatu salah baca atas permainan politik di Iran sendiri.

Adalah keterangan Ramazani mengenai Iran, yang merupakan rincian argumennya dalam Foreign Policy, yang membuat buku ini berguna. Ia menyodorkan catatan ideologi, praktek, dan evolusi politik luar negeri negara itu sejak penggulingan Syah, pada 1979. Ia percaya, sikap politik ini harus dilihat dari lingkungan tempat terjadinya, lengkap dengan penelaahan reaksi negara-negara tetangga Timur Tengah terhadap revolusi negeri itu. Itulah sebabnya buku ini diberi subjudul Tantangan dan Tanggapan.

Politik luar negeri Republik Islam, sejak semula, memamerkan suatu campuran revolusioner dan perhitungan pragmatis. Itu secara dramatis mengubah beberapa kebijaksanaan luar negeri yang dilaksanakan di bawah Syah dan melanjutkan beberapa kebijaksanaan lain. Iran memutuskan semua kontak dengan Israel dan Afrika Selatan. Hubungan dengan Amerika makin tegang dan kemudian terputus sejak para sandera Amerika dibebaskan, pada 1981. Suatu emosi nasional dan ketegasan yang Islami serta suatu reaksi kuat terhadap pengaruh asing telah memaksa para pengusaha dan teknisi Barat meninggalkan negara itu.

Para mullah, sebagai pemimpin agama Iran, mengadakan kunjungan keliling ke negara-negara Teluk Persia, dan mengkhotbahkan revolusi dan militansi Islam seperti yang dipesankan Khomeini. Salah seorang ulama senior, Ayatullah Sadeq Rohani, telah membangkitkan ketakutan departemen luar negeri Amerika Serikat.

Sebabnya, ia menghidupkan kembali tuntutan bangsa Iran atas Bahrain, dan mengancam menggulingkan para penguasanya bila tak memperlakukan rakyat dengan lebih baik. Presiden pertama Iran, Abolhasan Bani Sadr, meramalkan rezim konservatif Teluk itu akan "tersapu bersih bagai debu diembus angin", sekali rakyatnya mengikuti contoh yang diperlihatkan bangsa Iran.

Penyerbuan Irak atas Iran membuat sikap radikal ini menghebat. Ketika mengirimkan tentaranya ke Iran, September 1980, Presiden Irak Saddam Hussein percaya dapat merangsang penggulingan pemerintahan revolusioner itu, merebut wilayah Iran, dan menegakkan keunggulan Irak di kawasan Teluk. Itu ternyata suatu kesalahan kolosal.

Penyerbuan itu justru memberi peluang kepada Ayatullah Khomeini dan para pembantunya untuk mempersatukan negara, yang terpecah-belah, dalam melawan musuh dari luar. Juga untuk membangun kembali angkatan bersenjata yang sudah amat lemah. Dan akhirnya, memperkuat Pengawal Revolusioner secara besar-besaran -- yang kini merupakan salah satu tiang utama rezim penguasa.

Perang Irak-lran memang telah memperburuk hubungan Iran dengan negara-negara Arab di Teluk -- yang merasa terpanggil untuk memperluas dukungan materi, keuangan, dan diplomatik kepada Irak. Tetapi juga telah memperkukuh ikatan Iran dengan dua negara Arab radikal, Libya dan Syria. Syria tetap menjadi sekutu terpenting Iran di dunia Arab. Juga, perang itu memperkuat kecenderungan beberapa unsur di dalam rezim Iran untuk melancarkan subversi di negara-negara Teluk. Dalam serangkaian pernyataan yang kemudian menjadi tuduhan, Iran telah didakwa mendukung suatu komplotan untuk menggulingkan pemerintah Bahrain, pada Desember 1981.

Seiring dengan penyerbuan Israel ke Libanon, pada musim panas 1982, Iran mengirimkan suatu kontingen yang terdiri dari beberapa ratus anggota Pengawal Revolusioner ke Libanon untuk membantu mereka melawan Israel. Iran memanfaatkan kehadiran dan hubungan dengan masyarakat Syiah di sana untuk berbagai tujuan.

BUKTI-bukti tak langsung, misalnya, mengaitkan negara itu dengan pengeboman atas kedutaan besar Amerika dan markas-markas militer Amerika dan Prancis di Beirut, pada 1983. Iran juga menggunakan propaganda Islam dan suatu jaringan ulama yang bersimpati kepadanya untuk meluaskan kehadirannya di Lembah Bekaa, sebelah selatan wilayah yang sekarang didominasi gerakan Amal Syiah moderat yang dipimpin Nabih Berri.

Para penguasa baru Iran telah berangsur-angsur mengembangkan suatu ideologi yang menjadi rasio dan pendorong ambisi politik luar negeri mereka. Keistimewaan utama ideologi itu, yang dilukiskan Ramazani dalam salah satu babnya yang jempolan, adalah konsep Iran sebagai "negara penyelamat", pembela mustadh'afin dunia, atau kelas yang tercabut haknya dalam perjuangan mereka melawan mustakbirin, atau kelas penguasa congkak dalam negara-negara penindas.

Atau,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

R
REVOLUSI INDONESIA DALAM FILM-FILM
1990-11-10

Salim said mengupas perkembangan film indonesia. dikupas berbagai jenis film yang berkaitan dengan sejarah revolusi…

D
DARI RAMAYANA SAMPAI RENDRA
1990-11-10

Sejarah dan perkembangan taman ismail marzuki. muncul aktor dan aktris, sejumlah sutradara dan kelompok-kelompok teaternya.…

P
PERISTIWA "MANIKEBU": KESUSASTRAAN
1988-05-21

Kesaksian goenawan mohamad tentang peristiwa manifes kebudayaan (manikebu) di tahun 1960-an. manikebu kemudian diserang pki…