Jago Perang, Administrator, dan Politikus dalam Buku

Edisi: 09/23 / Tanggal : 1993-05-01 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : PTH


RATUSAN mobil berderet menuju pelataran parkir Hilton Convention Centre Jakarta Kamis petang pekan lalu. Ratusan tokoh beken turun dari mobil-mobil mengkilat, melangkah masuk ke ruang utama bangunan megah yang dipakai untuk KTT Nonblok 1992 itu. Mereka punya tujuan sama, menyaksikan peluncuran biografi Leonardus Benyamin Moerdani, Panglima ABRI 1983-1988 dan Menteri Hankam 1988-1993.

Mengenakan setelan jas warna hitam, dengan untaian kembang di dada, Jenderal (Pur) Benny Moerdani tampak mondar-mandir menghampiri tamunya. Ia menebar senyum kecil kanan-kiri, dan membagi sapaan pendek-pendek untuk para tamu yang bergilir tanpa putus datang menyalaminya. Malam itu Benny muncul menjadi bintang.

Pesta malam itu diadakan oleh Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman, yang diketuai Letjen (Pur.) Dading Kalbuadi, sobat kental Benny sejak perwira remaja di RPKAD. Undangan dikirim atas nama panitia, bukan Benny pribadi. Toh yang hadir membeludak, dari kalangan mantan menteri, menteri, jenderal, konglomerat, tokoh pers, cendekiawan, bekas anak buah, artis, serta politikus.

Yang hadir semuanya sekitar 1.500 orang. Ramai, meriah. Untuk ukuran pesta buku, peluncuran biografi Benny Moerdani ini terhitung spektakuler. Sulit dicari tandingannya. Bisa dipahami, sebab ini buku pertama yang mengisahkan perjalanan Benny, tokoh yang banyak bergaul tapi tidak banyak dikenal sosoknya.

Dalam acara makan, Benny duduk semeja dengan Prof. Widjojo Nitisastro, mantan Ketua Bappenas, dan mantan Dubes RI di Washington, A.R. Ramli, kawan lamanya. Mereka persis menghadap panggung. Di meja sebelah tampak sejumlah bekas menteri ekuin, Ali Wardhana, Radius Prawiro, dan Adrianus Mooy. Di sebelah lagi tampak Rudini, Arifin Siregar, bekas Pangkopkamtib Soemitro, dan mantan Ketua MA Ali Said. Dari kalangan konglomerat tampak Eka Tjipta dari Grup Sinar Mas.

Usai makan malam, acara pun dimulai. Pembawa acara, Harry Tjan Silalahi, pimpinan CSIS, mengundang Benny dan keluarganya naik ke panggung. Lantas, perlahan-lahan aktris Christine Hakim berjalan ke panggung diapit dua siswa SMA Taruna Nusantara Magelang, yang mengenakan seragam warna biru, berambut cepak. Salah satunya adalah Fajar Rachmadi, cucu mantan wakil presiden Sudharmono.

Dua kotak kayu berukir pun dibuka. Di dalamnya ada dua buku biografi, satu berbahasa Indonesia Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan dan Benny Moerdani: Profile of a Soldier Statesman. Biografi 628 halaman ini ditulis oleh wartawan Kompas Julius Pour. Untuk menulisnya, Julius perlu mewawancarai Benny sampai 20 kaset, berbicara dengan sejumlah tokoh, keluarga Benny dan mempelajari buku-buku rujukan. Versi Inggrisnya digarap oleh Tim Scott, pengamat politik Indonesia dari Australia. Biografi itu diterbitkan oleh Yayasan Kejuangan Panglima Besar Sudirman.

Menjelang acara berakhir, Benny naik lagi ke panggung. Dengan gaya rileks, ia memberikan komentar atas bukunya. Setengah berseloroh Benny mengatakan bahwa judulnya kurang pas. "Saya bukan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?