AMUK KAUM METAL DI LEBAK BULUS

Edisi: 07/23 / Tanggal : 1993-04-17 / Halaman : 22 / Rubrik : NAS / Penulis : ATG


PERTUNJUKAN grup musik keras Metallica dari Amerika Serikat itu hampir saja membuat Jakarta menjadi marak total. Ketika grup itu mentas di Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu malam pekan lalu huru-hara pun meletup. Sejumlah massa menjadi beringas, membakar dan merusakkan mobil yang mereka temukan di jalan atau di lapangan parkir, melempari toko atau rumah-rumah dengan batu. Akibatnya: 7 mobil dan sebuah kios hangus terbakar, ratusan mobil lainnya dirusak (di pertokoan Pondok Indah Plaza saja, menurut seorang satpamnya, 102 mobil yang sedang diparkir dirusak), sejumlah orang kena todong atau dirampok.

Belum cukup itu, banyak rumah mewah di kompleks Pondok Indah, tak jauh dari Stadion Lebak Bulus, juga menjadi korban. Kaca pintu dan jendelanya pecah ditimpuki batu. Lalu pusat perbelanjaan Pondok Indah Plaza remuk, kaca-kacanya pecah diamuk oleh anak-anak muda yang seperti kesurupan itu. Huru-hara ini menyebabkan korban berjatuhan: puluhan orang luka-luka, 15 di antaranya terluka berat. Walau pentas musik rock di sini sering diwarnai huru-hara serupa, peristiwa kali ini tampaknya merupakan kerusuhan paling dramatis dengan jumlah korban terbesar pula.

Bagaimana peristiwa seperti ini bisa terjadi? Masih belum jelas betul. Tapi dari pengamatan sementara yang dilakukan TEMPO, tampaknya ada berbagai kelemahan pada penyelenggaraan show ini, terutama dalam soal pengamananan. Menteri Dalam Negeri Yogie S.M., sebagai salah satu pihak yang berwenang merekomendasikan pemberian izin pertunjukan semacam ini, mengaku bakal selektif dalam memberikan rekomendasi untuk keramaian serupa. "Sanksi bagi panitia penyelenggara pasti ada. Yang sekarang menderita kan rakyat," katanya.

Panglima Kodam Jaya Brigjen A.M. Hendropriyono, yang pada malam kejadian itu langsung berada di lapangan, menganggap kerusuhan itu akibat terlalu mahalnya tiket pertunjukan. Harga tiket termurah Rp 30.000. "Padahal penggemar Metallica kebanyakan hanya anak tukang bakso, anak tukang mie," katanya. Karena itu, menurut jenderal yang baru dua pekan menjabat Pangdam ini, tiket mestinya dibuat lebih murah. "Panitia takut rugi? Lebih baik jangan datangkan grup itu, daripada jadi keributan," katanya.

Ahli psikologi sosial Dr Djamaludin Ancok…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?