Kisah Tobang Dari Kampung Bandar...
Edisi: 17/16 / Tanggal : 1986-06-21 / Halaman : 15 / Rubrik : NAS / Penulis :
IA lahir di sebuah rumah hanya berukuran 5 X 20 meter, di sebuah Gang Genteng Bandar Lor, Surabaya. Di kala kecil, sebagai keluarga yang tak mampu, ia membantu hidup keluarganya dengan menjual air putih dalam kendi di stasiun kereta api Surabaya. Tak hanya itu pengalamannya. Ia pernah pula menjual rokok, menjual koran, bahan makanan bahkan pernah pula menjadi tobang. Tobang adalah pesuruh militer untuk membelikan rokok, menyiapkan makanan, sampai membersihkan perlengkapan militer. Tobang itulah - Try Sutrisno - yang kini menjadi KSAD dari generasi baru. KSAD pertama yang bukan dari angkatan '45.
Lulus dari SMA di kota kelahirannya, Try muda sebenarnya sempat bingung memilih studi lebih lanjut. Soalnya, ia diterima di banyak sekolah, antara lain di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dan Atekad (Akademi Teknik AD). Tapi ayahnya, Subandi, yang selalu pakai kopiah, menyarankan agar ia memilih "sekolah yang bisa menghadapi medan yang lebih luas".
Maka, masuklah Cak Su, panggilannya sebagai orang Surabaya, ke Atekad. Jabatannya yang pertama setelah lulus akademi ini adalah komandan peleton Zeni Tempur di Palembang, 1960. Hanya dua tahun ia menjadi danton, dan kemudian menjadi danki (komandan kompi). Jabatan ini pun cuma dua tahun pula didudukinya. Masa jabatan dua tahun ini kemudian menjadi ciri khas pula dalam karier militer cucu seorang mubalig ini.
Ia, misalnya, hanya dua tahun pula menduduki posisi Wakil Komandan Batalyon Zipur 9/Para (1968-1970), Dan Yon Zipur 10/Amfibi. Bahkan, hanya dua tahun pula ia menduduki posisi Karo Suada 2 (1972-1974), untuk kemudian menjadi ajudan Presiden. Dari riwayat jabatan mulai dari komandan peleton hingga akhirnya menjadi Kepala Staf Angkatan Darat, hanya jabatan ajudan Presiden inilah yang paling lama (empat tahun).
Pada masa menjadi ajudan Presiden itu pangkatnya naik dari letkol menjadi kolonel. Ia, ternyata, tak hanya naik pangkat, tapi juga dipromosikan menduduki jabatan Kasdam Udayana. Pada posisi ini, orang memang mulai membayangkan bahwa Try akan menjadi perwira penting di masa depan.
Proyeksi itu sebenarnya sudah mulai kelihatan ketika Try berpangkat mayor. Ini terjadi kala ia mengikuti Seskoad, 1972. Kursus Reguler angkatan ini memang tergolong penting. "Sebab, sesudah ini tidak ada lagi perwira yang tergolong Generasi '45 yang di-Sesko-kan," ujar sebuah sumber.
Dan memang, dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?