CERITA ORANG-ORANG KERATON

Edisi: 51/14 / Tanggal : 1985-02-16 / Halaman : 16 / Rubrik : NAS / Penulis :


DENGAN wajah puas lelaki setengah baya itu meninggalkan rumah Kanjeng Gusti Pangeran Harya (K.G.P.H.) Mangkubumi. Sore pekan lalu itu ia datang menemui putra tertua Sultan Hamengku Buwono IX itu untuk meminta agar diparingi (diberi) sesuatu agar penyakit pilek dan pusingnya sembuh. "Saya ini bukan dukun," kata Mangkubumi berkali-kali, sebelum akhirnya "menyerah" dan meminta pria itu datang lagi beberapa hari kemudian.

"Memang sering orang datang pada saya, meminta sesuatu untuk obat," kata Mangkubumi, 39, di rumahnya di perumahan karyawan pabrik gula Madukismo, Yogyakarta. Hal itu menyulitkan dia. "Tidak saya beri, mereka toh percaya. Saya beri, nanti dikira saya dukun," katanya seraya tertawa. Apakah ini bukti pamor keraton masih kuat? "Saya sendiri tidak bisa menjawabnya," kata Mangkubumi.

Pamor Keraton Yogyakarta tampaknya masih tinggi, terutama di kalangan masyarakat setempat. Itu tecermin dari masih besarnya minat masyarakat untuk menjadi abdi dalem (pekerja istana). Di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sekarang, ini tercatat 2.400 abdi dalem magang (calon abdi dalem) berusia 20 sampai 50 tahun. Mereka harus menunggu masa percobaan dua tahun sebelum bisa diangkat. Jumlah abdi dalem sendiri tercatat 243 orang, 176 di antaranya berusia 35-50 tahun. Gaji mereka paling tinggi Rp 15 ribu, paling rendah Rp 1.000 sebulan.

Mangkubumi mengaku tidak tahu mengapa minat mengabdi ke keraton masih besar. "Jelas, bukan karena materi. Mungkin hanya faktor kebanggaan saja." Para abdi dalem itu, katanya, jelas harus hidup dari sumber di luar keraton. "Di sini mereka hanya mendapat status saja," ujarnya.

Mangkubumi, sepertijuga kerabat keraton lainnya, harus juga hidup dari usaha luar. Sarjana hukum UGM ini menjadi ketua DPD Golkar DIY dan ketua Kadin daerah, dan juga menjadi anggota DPR RI Komisi V. Ia memiliki usaha kontraktor bangunan PT Punakawan, dan duduk sebagai ketua Dewan Komisaris PT Madubaru, Madukismo.

Adiknya (lain ibu), Gusti Bendara Pangeran Harya (G.B.P.H.) Hadikusumo, 37, juga hidup dari bisnisnya. Ia juga lulusan Fakultas Hukum UGM, dan kini menjabat rektor Universitas Proklamasi yang memiliki 2.300 mahasiswa. Ia menjabat ketua Kuarda Pramuka DIY sambil kuliah di program S-2 di lingkungan UGM ia juga memiliki perkebunan cengkih seluas 50 hektar dekat Semarang.

Hadikusumo berpendapat, Keraton Yogyakarta punya peranan khusus: sebagai pusat kebudayaan. Mangkubumi setuju. Persoalannya, dana dan tenaga terbatas. "Sekarang kita hanya menjaga supaya tidak punah, seperti mengembangkan tarian. Apakah masyarakat mau mengambil manfaat dan mengembangkan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?