Folklor, Takhayul Dan Permainan
Edisi: 03/15 / Tanggal : 1985-03-16 / Halaman : 33 / Rubrik : SEL / Penulis :
KEPERCAYAAN rakyat, atau yang sering disebut takhayul, adalah hal yang oleh orang berpendidikan dianggap sederhana, bahkan "pandir", tidak berdasarkan logika, secara ilmiah tidak dapat dipertanggungjawabkan, dan seterusnya. Kata "takhayul", misalnya, mengandung arti merendahkan. Karena itu, para ahli folklor modern lebih senang mempergunakan istilah "kepercayaan rakyat" - folk belief.
Takhayul, dari bahasa Arab, memang berarti "hanya khayalan belaka" - sesuatu yang hanya di angan-angan, yang sebenarnya tidak ada. Sedangkan istilah superstition, berasal dari kata Latin superstitio, punya arti yang tak jauh berbeda: "terlalu takut kepada dewa-dewa", yang pada gilirannya berarti makhluk-makhluk gaib.
Hal pertama yang patut dicatat: hampir tidak ada orang, bagaimanapun modernnya, yang bebas dari takhayul - atau apalah namanya - kecuali bila takhayul itu telah digeser kedudukannya oleh keyakinan kepada dunia gaib yang resmi agama, tentunya (Red.). Toh, banyak sekali (mayoritas?) orang agama yang tetap saja memelihara takhayul sebagai "tambahan".
Takhayul itu umumnya diwariskan melalui media tutur kata. Tutur kata ini dijelaskan dengan syarat-syarat, yang terdiri dari tanda-tanda atau sebab-sebab, dan yang diperkirakan akan ada akibatnya. Contoh: "Jika terdengar suara katak (tanda, atau sebab), maka akan turun hujan (akibat)". Itu takhayul orang AS. Atau, menurut takhayul orang Sunda, jika kita memandikan kucing (sebab), segera akan turun hujan (akibat).
Takhayul yang pertama itu berdasarkan hukum sebab akibat menurut hubungan asosiasi. Sedangkan takhayul kedua mengemukakan perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja dan menyebabkan suatu "akibat". Hukum sebab akibat di sini berhubungan dengan sesuatu yang umum disebut ilmu gaib atau magic. Dasar pemikiran takhayul jenis ini adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti.
Adapun hubungan yang menyebabkan suatu asosiasi misalnya ini: persamaan waktu, persamaan wujud, totalitas dan bagian, dan persamaan bunyi sebutan. Misalnya kepercayaan orang Jawa Timur, yang mengatakan bahwa jika malam hari terdengar suara burung culik tuwu, berarti ada maling di sekitar rumah kita. Ini hubungan- persamaan waktu.
Contoh lain adalah larangan bagi parawanita untuk makan pisang dempet, karena nanti akan melahirkan anak dempet (persamaan wujud). Ada lagi kepercayaan, hanya dengan mempergunakan sehelai rambut seseorang, seorang dukun dapat mencelakai orang itu (totalitas dan bagian). Sedangkan contoh untuk takhayul dari persamaan bunyi sebutan adalah kepercayaan orang Tegal, misalnya, yang melarang seorang pengusaha menanam pohon anggur - takut nantinya ia akan menganggur.
Tapi contoh-contoh itu hanya untuk struktur takhayul yang terdiri dari dua bagian (sebab dan akibat). Selain itu, ada juga yang mempunyai tiga bagian: tanda atau sebab, perubahan dari satu keadaan ke keadaan yang lain (konversi), dan akibat. Misalnya kepercayaan dari Jawa Timur: "Jika engkau menjatuhkan dandang nasimu yang sedang kau pergunakan untuk memasak, sehinggaisinya tumpah berantakan (tanda), engkau akan menjadi gila (akibat), tapi tidak bila engkau mengitari dandang itu dalam keadaan telanjang sambil menari-nari (konversi)."
Kadang-kadang pula konversinya berada di tengah-tengah. Misalnya: "Jika engkau melihat bintang jatuh (tanda), engkau harus menepuk-nepuk kantungmu sambil berkata, 'Penuh-penuh!' (konversi) danengkau akan mendapat uang nanti (akibat)." Jadi, konversi mempunyai fungsi yang sama dengan magic atau ilmu gaib, karena merupakan tindakan untuk mengubah atau mencapai sesuatu secara gaib.
Berhubung takhayul semacam ungkapan tradisional, ia termasuk dalam folklor - meski berbeda dari ungkapan tradisional lain, seperti bahasa rakyat, peribahasa, teka-teki, sajak, nyanyian rakyat, dan cerita rakyat.
* * *
Ada satu klasifikasi takhayul yang dibuat oleh Wayland D. Hand, redaktur bab "Superstitious" dari buku The Frank C. Brown Collection of North Carolina Folklore - jilid VI dan VI 1. Ia membagi takhayul ke dalam empat golongan besar: takhayul di sekitar lingkaran hidup manusia, takhayul mengenai alam gaib, takhayul mengenai terciptanya alam semesta dan dunia, dan takhayul lain-lain.
Contoh takhayul di sekitar lingkaran kehidupan tampak nyata pada peristiwa kelahiran. Misal: di Jawa, kepada wanita yang sedang mengandung dianjurkan melihat benda-benda atau manusia yang bagus-bagus; jika melihat yang buruk-buruk, anak yang akan dilahirkan akan jelek bentuknya. Juga, akibat ibu yang hamil kaget melihat orang sumbing, anak yang dilahirkan mempunyai bibir yang sumbing pula. Dan selama si anak masih bayi, pada orang Betawi ada larangan untuk membawanya ke luar rumah pada waktu magrib karena takut diganggu roh-roh jahat.
Roh-roh jahat spesialis bayi itu antara lain setan polong -- yaitu hantu jadi-jadian yang sebenarnya manusia biasa yang punya kemampuan mengubah diri. Hantu ini gemar menghisap darah wanita yang sedang melahirkan dan darah anak bayinya. Jadi, yang tergolong dalam takhayul mengenai lingkaran hidup adalah semua kepercayaan rakyat di sekitar kelahiran - sampai seorang anak menjadi dewasa.
Takhayul mengenai obat-obatan, dalam pada itu, berhubungan dengan sarana-sarana penyembuhan di kalangan rakyat yang mengandung ilmu gaib. Misalnya, pada kelompok masyarakat Banten tertentu, meminum air rendaman kertas yang bertuliskan huruf Arab alif. (Ini sebenarnya karena alif merupakan huruf pertama kata Allah; Red.). Atau pada orang Betawi keturunan Cina: jika leher seorang kerabat terkena penyakit bengok (goitre), bagian yang bengkak itu dielus dengan huruf Cina hu, yang berarti harimau, dengan mempergunakan tinta Cina. Bengkak itu "akan kempis" dan penyakit "segera sembuh".
Ada pula takhayul yang berhubungan dengan rumah dan pekerjaan rumah tangga. Umpamanya, ada kepercayaan orang Jawa Timur bahwa letak suatu rumah sangat penting bagi kebahagiaan penghuninya. Rumah di kawasan yang disebut sunduk sate tepat menghadapi jalan raya yang mengarah tegak lurus ke arah mukanya - akan membawa aib bagi penghuninya.
Contoh takhayul yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga juga bisa dijumpai di Jawa Timur: larangan berbicara pada waktu membubuti bulu ayam, karena bulu dapat tumbuh lagi secara gaib. Pada orang Betawi keturunan Cina ada pula kepercayaan bahwa pada hari raya Imlek orang dilarang menyapu rumah, karena rezeki yang datang pada hari baik itu akan turut tersapu.
Takhayul tentang hubungan sosial tampak umpamanya pada orang Jawa Timur juga: tamu yang tidak mau segera pulang. Tamu macam ini dapat dipaksa pergi dengan jalan membawa (secara tersembunyi) sebuah alat ulek - untuk mengulek cabai atau bumbu masak lain - ke hadapannya. Contoh lain: jika kita hendak membuat dua orang yang sedang bertengkar benar-benar berkelahi, kita cukup membakar sehelai tikar bekas di ruang sebelah. Kepercayaan ini juga dari Jawa Timur.
Contoh takhayul tentang perjalanan dan perhubungan adalah ini: jika seorang Dayak Ot Danum, dari Kalimantan Tengah, yang melakukan perjalanan di hutan, bertemu dengan seekor ular yang memotong jalannya, ia akan segera membatalkan perjalanan itu, karena jika diteruskan akan terjadi kecelakaan. Sebaliknya ada kepercayaan orang Manado, Sulawesi Utara: bila dalam perjalanan seseorang berjumpa dengan seorang bule (albino), ia akan selamat dan berhasil.
Contoh mengenai perhubungan (komunikasi) pada masyarakat Betawi keturunan Cina ialah ini: bila pada waktu sedang makan mulut bagian dalam atau bibir tergigit, alamat ada orang lain sedang membicarakan kita. Contoh.dari Jawa Timur: bila mata berkedut, atau kejang-kejang, alamat akan ada berita kurang baik dari kerabat atau kawan dekat.
Beberapa contoh takhayul yang berhubungan dengan cinta, pacaran, dan pernikahan dapat dilihat pada masyarakat Betawi keturunan Cina pula. Ada kepercayaan di kalangan mereka bahwa cinta dapat ditimbulkan dengan cara gaib dan dapat dilakukan dengan pertolongan du kun . Itulah sebabnya, jika ada orang tergila-gila kepada Anda, jangan sekali-kali Anda menolaknya secara kasar - karena ia dapat memaksa si penolak lengket padanya dengan ilmu pelet.
Contoh takhayul mengenai perkawinan terlihat pada kepercayaan di antara masyarakat Bali Trunyan. Perkawinan yang dilakukan antara seorang lelaki dan putri saudara misan laki-lakinya (saudara sepupu derajat pertama) adalah baik, kata mereka, dan akan menghasilkan keturunan yang sehat. Perkawinan semacam ini disamakan dengan ungkapan tradisional kladi ngutup panak, yang berarti keladi mengeram anak keladi - bagai anak keladi yang tumbuh di bawah keladi besar dan kelak menghasilkan umbi yang besar.
Yang termasuk dalam golongan takhayul kematian dan pemakaman misalnya kepercayaan orang Betawi keturunan Cina, yang tidak senang jika kerabatnya kebetulan meninggal pada hari Sabtu. Menurut mereka, si mendiang akan membawa salah satu orang kerabatnya yang lain untuk turut meninggal. Takhayul ini sebenarnya berdasarkan asosiasi persamaan bunyi, yaitu kata Sabtu yang mirip dengan "satu". Jadi, jika ada yang mati hari Sabtu, akan ada "satu" lagi. Mengapa bukan sebaliknya - jika orang mati hari Sabtu, yang mati akan hanya satu itu saja yah, jangan tanya kepada kami.
Pada masyarakat Bali Trunyan ada pula kepercayaan orang yang mati waktu bujangan tidak memerlukan upacara kematian tahap kedua, yang disebut ngaben, karena rohnya masih suci dan dapat langsung ke surga.
* * *
Ada buku mengenai alam gaib orang Jawa, yaitu dari H.A. van Hien. Judulnya panjang: De Javaansche Geesten Wereld en de Betrekking die tuschen de Geesten en de Zinnelijk Wereld bestaat verduidelijk door Petangan's of telling en bij de Javanen in Gebruik. Artinya: alam roh orang Jawa dan hubungan yang ada di antara dunia roh dan dunia fisik, dijelaskan melalui petangan atau ramalan. Terbit tahun 1896. Dalam buku tiga jilid itu dilukiskan berbagai macam roh dan hantu menurut kepercayaan Jawa, praktek-praktek ilmu gaib, ramalan, alamat (pertanda), animisme, fetikisme, dan "agama" kejawen yang sinkretis.
Buku lain, yang lebih baru, adalah dari Clifford Geertz: The Religion of Java. Di situ Geertz membagi makhluk-makhluk gaib bikinan Jawa Tengah menjadi empat golongan besar. Yakni: memedi (makhluk yang menakutkan), lelembut (yang dapat memasuki tubuh manusia), thuyu/ (yang dapat diperbudak), dhemit (makhluk gaib setempat), dan dhanyang (penjaga keselamatan seseorang).
Yang tergolong dalam memedi antara lain jrangkong (yang hanya berbentuk kerangka manusia), wedhon (berupa jenazah berbalut dengan kain kafan), banaspati (hantu yang berjalan di kedua tangannya sambil mulutnya menyemburkan api, dan kepalanya terletak pada tempat alat kelaminnya), jim (jin) (hantu beragama Islam, sembahyang lima kali, berjubah, dan mengaji Quran), pisacis (hantu anak yang sewaktu meninggal tidak mempunyai orangtua, sehingga mencari manusia yang sudah berumah tangga untuk menumpang di rumahnya), uwil (hantu bekas laskar Bugis), setan gundhul (hantu yang rambutnya tidak ada kecuali kuncungnya).
Makhluk gaib lainnya yang masih tergolong memedi adalah sundel bolong. Ini seorang wanita jelita, tapi mempunyai lubang - pada punggungnya - yang disembunyikan di bawah rambutnya yang panjang sampai ke pantat. Biasanya ia merayu lelaki yang gemar berkeluyuran malam hari, dan setelah berkencan, si lelaki celaka itu akan ia pencet biji zakarnya atau dikebiri alat kelaminnya.
Satu macam lagi memedi adalah gendruwo. Ia dapat mengubah diri menjadi orang yang kita kenal. Menurut penduduk Desa Pare di Jawa Tengah, kepada Clifford Geertz, ada seorang wanita yang terkecoh oleh gendruwo yang bersalin rupa…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…