Suap Buat Apa Galatama?

Edisi: 06/14 / Tanggal : 1984-04-07 / Halaman : 62 / Rubrik : OR / Penulis :


UNTUK kelima kalinya Tim Antisuap (TAS) yang baru berumur dua minggu itu bersidang lagi di markas besar PSSl, Senayan, hari Senin pekan ini. Tetapi ini adalah sidangnya yang paling singkat. Hanya 30 menit. Sedianya hari itu Tim akan mengkonfrontir keterangan dua orang pemain Makassar Utama (yang mengaku mau disuap) dengan seorang penyuap.

Tapi orang yang dinanti-nanti ternyata tak muncul juga. Sepucuk surat yang sampai ke meja sidang Tim menyebutkan orang yang paling dibutuhkan itu, Sun Kie alias Jimmy Sukisman, sakit. Dia tak bisa datang. Padahal, hari itu Jimmy diharapkan membubuhkan tanda tangannya pada berkas-berkas laporan yang sudah disusun dan ditandatangani kedua pemain Makassar Utama, Hafid Ali dan Syamsudin Umar. Dua pemain kuat yang mengaku mau disogok Jimmy. Herman yang menjadi perantara Jimmy juga sudah meneken pernyataannya.

Tentang diri Jimmy, tim yang diketuai Acub Zainal itu kelihatannya sudah mengambil kata mati. Bendahara Caprina itu, menurut Acub, berdasarkan keterangan yang dikumpulkan, "bisa disimpulkan tersangkut suap-menyuap."

Acub, yang juga Ketua Liga Utama, menyatakan bahwa PSSI dalam dua tiga hari setelah sidang itu akan mengumumkan tindakan organisatoris terhadap Jimmy. "Sedangkan berkas-berkas laporan mengenai Jimmy akan diserahkan kepada pihak kepolisian. Penyelesaian selanjutnya terserah kepada mereka," katanya mantap kepada wartawan yang belakangan ini lebih sibuk meliput Tim Antisuap daripada pertandingan "8 besar" Liga yang sudah dimulai 31 Maret.

Pergelutan melawan suap ini dimulai ketika Kaslan Rosidi, bos Cahaya Kita berkoar mengenai merajalelanya suap dalam kompetisi Liga. Dan bersamaan waktunya dia membubarkan klubnya itu awal Maret.

Tidak jelas apa yang menjadi motif "pembongkaran" yang dilakukan Kaslan. Menurut pengakuannya, "Saya ingin menyelamatkan persepakbolaan Indonesia yang saya cintai." Tetapi banyak yang menyangsikan kebenaran kata-katanya yang mentereng itu. Ada yang curlga mengapa Kaslan tidak membongkar sejak awal, tetapi justru pada saat putaran kompetisi Liga 1983/84 akan berakhir. Ketika klubnya, yang sering kalah dengan angka-angka fantastis itu, tersingkir. Warna Agung pernah melindas klubnya itu 13-1.

Suparjo Pontjowinoto, bekas Ketua Harian PSSI, menganggap "bola suap" yang dilambungkan Kaslan itu hanya cerita kosong belaka. "Buktinya, sampai sekarang ia belum menyerahkan nama-nama yang katanya terlibat, apalagi bukti-buktinya," ucapnya. Suparjo saat ini menjabat ketua "Komisi Tujuh" Liga Utama yang dibentuk untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul antarklub Liga.

Sekalipun ada pihak yang memandang Kaslan dengan bibir mencibir, nyatanya sesumbar yang dilemparkannya mengenai suap itu bagaikan bola empuk yang disambut Andi Darussalam Tabusalla, manajer tim Makassar Utama dari Ujungpandang. Andi menyebutkan bahwa timnya dikalahkan Caprina 0-1 di Denpasar karena permainan suap.

Kisah dari Andi ini semula diniatkan sebagai backgrond untuk para wartawan mengenai bagaimana Caprina bisa masuk "4 besar" wilayah Timur. Entah bagaimana ceritanya tiba-tiba dibocorkan sebuah harian di Jakarta.

Herlina Kasim, pemimpin Caprina, naik darah karena tuduhan itu. Lantas dia berniat mengajukan Pos Kota yang menyiarkan berita itu ke pengadilan.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

H
Hidup Ayrton Senna dari Sirkuit ke Sirkuit
1994-05-14

Tanda-tanda maut akan mencabut nyawanya kelihatan sejak di lap pertama. kematian senna di san marino,…

M
Mengkaji Kans Tim Tamu
1994-05-14

Denmark solid tapi mengaku kehilangan satu bagian yang kuat. malaysia membawa pemain baru. kans korea…

K
Kurniawan di Simpang Jalan
1994-05-14

Ia bermaksud kuliah dan hidup dari bola. "saya ingin bermain di klub eropa," kata pemain…