Hare Rama, Hindu Dharma

Edisi: 08/14 / Tanggal : 1984-04-21 / Halaman : 71 / Rubrik : AG / Penulis :

BANGUNAN di Jalan Tukad Yeh Penet, Desa Renon, Denpasar, itu disebut oleh para pengikut sebagai "peseraman". Artinya, kurang lebih, asrama atau padepokan. Dari situ saban pagi terdenar bunyi cengceng, kendang, seruling, disertai bau dupa. Mengenakan jubah merah jambu - melilit pinggang, melewati bahu bagian kanan - dan ada juga yang berjubah putih, mereka itulah para pengikut aliran Hare Krishna.

Kegiatan di tempat itu sudah lama - terhitung sejak Mei 1980. Tapi pekan lalu masalahnya menghangat. Komisi E DPRD Bali pimpinan Letnan Kolonel (pur.) Soedarmono, mempersoalkannya. Sebelumnya, lewat pandangan umum, para anggota menyebut-nyebut "terjadinya keresahan dan pemecah-belahan umat Hindu" akibat aliran yang datang dari Amerika itu.

"Yang kami tanyakan apakah Hare Krishna sekte agama Hindu," kata Soedarmono. Kanwil Agama Provinsi Bali tentu saja bukan tidak mengikuti perkembangan aliran ini. Kesimpulannya: "Ajarannya baik. Tapi sebenarnya lebih cocok untuk para sanyasin, yaitu mereka yang sudah melepaskan diri dari keduniawian," begitu Drs. Putra, Kakanwil Agama Bali.

Reaksi yang makin banyak (misalnya, Hare Krishna konon bermaksud "meniadakan segala bentuk upacara keagamaan yang sudah berjalan di Bali") malahan menyeret persoalan sampai ke DPR. "Hare Krishna ibarat duri dalam daging. Umat Hindu menjadi tidak rukun," begitu Tjokorde Rai Sudharta, sebagai anggota utusan Daerah Bali. Lagi pula, katanya," Hare…

Keywords: -

---

Foto Terkait