Detik-detik Kematian Stalin

Edisi: 24/14 / Tanggal : 1984-08-11 / Halaman : 37 / Rubrik : SEL / Penulis :


BULAN Februari, di Moskow, terasa mulur. Hari-harinya lebih panjang. Angin beruap es bertiup mengiris, sementara salju tak henti-hentinya turun di bawah langit kelabu. Para wanita Rusia menyeret gontai mantel abu-abu mereka di jalan-jalan yang lembab. Hantu mengintip dari tiap pojok, membikin harapan mati dan kehidupan berhenti.

Apalagi Februari 1953. "Berhari-hari saya dicekam rasa gamang dan ketakutan," tulis Harrison E. Salisbury. "Empat tahun lamanya saya berada di Moskow sebagai koresponden The New York Times. Saya kenal kota ini. Dan saya tahu apa yang sedang terjadi di balik semua adegan itu." Dari menggali kembali keberadaannya di Moskow, 1949-1954, Harrison E. Salisbury menghasilkan sebuah memoar berjudul A Journey for Our Times. Dan satu bagian dari memoar, The Days of Stalin's Death, cukup mengasyikkan. Karena itu, kita biarkan saja Salisbury melanjutkan sendiri kisahnya.

Semua petunjuk mengarah ke sana. Tersebar desas-desus tentang berbagai penangkapan - terhadap orang-orang Yahudi di Ukraina, sejumlah tokoh di Deparlu, bahkan terhadap istri Menlu Vyacheslav M. Molotov. Secara umum, dituding apa yang disebut "komplotan para dokter" - karena ada sembilan dokter Kremlin, sebagian besar Yahudi, yang dituduh bertanggung jawab terhadap matinya sejumlah tokoh politik dan militer. Pergeseran misterius pun terjadi di Georgia dan di kalangan polisi rahasia.

Saya tidak ragu-ragu, Stalin sedang "disiapkan" melebihi apa yang dilakukannya sendiri pada masa lalu. Rekan saya, Thomas P. Whitney, dari Associated Press, dan saya sendiri mulai bergadang di Kantor Telegraf Pusat, menunggu-nunggu pengumuman resminya.

Pekan setelah 1 Maret tahun itu adalah minggu tugasku. Dan saya memanfaatkan petang Selasa 3 Maret di kamar hotel untuk memonitor kantor berita Soviet, Tass. Ketika itu belum ada radio transistor, sehingga yang menjadi andalanku adalah pesawat radio penerima gelombang pendek Hallicrafters yang besar - yang saat itu menjadi kebahagian seorang komandan CIA. Milikku berwarna abu-abu angkatan laut saya peroleh dari opsir AL yang meninggal. Ukuran dan potongannya bagai lemari arsip besi.

Tass mengirimkan laporannya ke berbagai koran daerah di seluruh Uni Soviet melalui radio - mendiktenya kata demi kata, mengeja nama demi nama. Kadang-kadang, diktean Tass memberikan pokok-pokok penting sebelum ia muncul dalam berita telegram utama Tass. Saya mendengarkannya dengan sebelah telinga, sambil menyiasati 15-an surat kabar daerah.

Saya berusaha menemukan kunci permasalahan dari apa yang sedang terjadi di balik layar bilik Stalin.

Stalin merayakan hari lahirnya yang ke-73 pada bulan Desember sebelumnya. Selama 29 tahun ia berkuasa di Rusia, sebagai di ktator dari segala di ktator. Dalam masa itu negerinya dipagut teror yang mencekam dan berkepanjangan. Angin perang dingin begitu santer bertiup, sehingga saya hampir tak pernah bertukar sepatah kata pun dengan seorang Rusia di luar lingkungan resmi - kecuali koki dan sopir atau segelintir pelayan Hotel Metropol. Itu pun tak lama, setelah itu mereka segera membuang pandang jika melihat saya melintas di koridor.

Beberapa saat sebelum tengah malam, dengan menenteng mesin tulis jinjing, saya pergi ke kantor telegraf di Jalan Gorky. Di sana saya menunggu harian Pravda - organ Partai Komunis Uni Soviet terbitan hari itu, dan Izvestia, surat kabar utama Pemerintah. Apa yang sedang saya nanti? Apa yang menakutkan saya dan tiga koresponden Amerika lainnya yang masih bertahan di Moskow, menggeletuk di tengah perang dingin yang sedang mencapai titik didihnya? Hanya ini barangkali: tak seorang pun tahu apa yang akan dikerjakan Stalin selanjutnya. Kami menunggu sejarah 1930-an berulang di antara kalangan atas Soviet sendiri. Pembersihan terjadi lagi, saat revolusi memakan ke dalam, ketika para pahlawan dinyatakan sebagai pengkhianat, dan kegelapan tiba-tiba turun di tengah hari.

Berbagai pikiran itulah yang datang melintasi benak ketika saya tegak terkantuk-kantuk di Lorong Masuk 11 khusus untuk wartawan asing Kantor Telegraf Pusat. Kulirik arloji: 2.30 dinihari. Belum ada tanda-tanda munculnya surat kabar. Sejauh yang dapat saya lihat, satu-satunya yang masih terjaga di kantor telegraf itu hanya Vasilyeva, perempuan yang bertugas menerima naskah berita yang akan dikawatkan. Wajahnya hanya tampak melalui lubang kecil di dinding kaca yang berkabut.

Pada pukul 3.30 koran belum juga datang, sehingga saya menelepon kantor pengiriman Izvestia. Perempuan yang menerima di seberang sana mengaku tidak menerima kabar beritanya. Pada pukul 4.00 pun surat kabar masih belum muncul. Saya menghubungi lagi. Tidak ada tanda-tanda. Saya mulai gelisah. Jean Noe, koresponden Agence France Presse yang jatuh tertidur di bangku kecil dekat dinding, telah terbangun. Terdengar ia memanggil seseorang. Saya kembali menghubungi Izvestia. Perempuan tadi mengatakan, koran terlambat terbit.

Pada pukul 5.00 saya menelepon Tass. Tidak ada, kata suara lelaki yang menyambut - mereka tidak mendengar apa-apa. Tapi dari geletar suaranya ia seperti menyimpan sesuatu.

Jean Noe juga mati akal. Kami menghadapi masalah yang sama, tapi ia diam saja. Kami bersaing hancur-hancuran.

Beberapa menit sebelum pukul 6, saya menelepon Tom Whitney. "Datanglah," kataku. "Koran terlambat sekali. Sedang terjadi sesuatu, tentunya."

Baru pada detik-detik menjelang pukul 8 pagi, segepok koran dibawa masuk oleh seorang wanita bertubuh kecil. Nah, di tengah halaman muka Pravda dan Izvestia terdapat pengumuman pendek yang menyatakan bahwa Stalin mengalami pendarahan otak. Menurut pengumuman itu, yang ditandatangani Menteri Kesehatan A.F. Tretyakov, Stalin dalam keadaan tak sadar diri dan mengalami kelumpuhan setempat. Keadaannya kritis. Serangan pendarahan otak terjadi pada malam 1-2 Maret, "di kediamannya di Moskow" - dan ini berarti Kremlin. Sekarang Rabu pagi. Berita telah digantung sekitar 48 jam.

Dalam seketika saya menjadi lega. Saya telah tenggelam dalam ketakutan kalau-kalau ada pengumuman baru tentang "komplotan para dokter". Jangan-jangan akan menimbulkan penyingkapan baru, penangkapan terhadap anggota…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…