DIMULAI DENGAN PERTANYAAN ZHOU EN..

Edisi: 45/13 / Tanggal : 1984-01-07 / Halaman : 22 / Rubrik : ES / Penulis :


SENJA itu Nasser meninggal. Serangan jantung memutuskan nyawa pemimpin Mesir itu dalam usia 52 tahun.

Di kamar tidur rumah kediamannya, di saat-saat terakhir para dokter masih berusaha mengaktifkan lagi jantung yang telah berhenti itu dengan sentakan listrik. Tapi sia-sia. Di sebelah ranjang, orang yang kemudian menggantikannya sebagai presiden, Anwar Sadat, menatap ke langit, membaca ayat-ayat Quran. Di sudut lain, Heikal, sahabat Almarhum yang satu lagi, berbisik, "Ya, Allah, ini tak mungkin!"

Dalam soal yang di luar kuasa manusia, apa yang tak mungkin? Heikal barangkali gugup. Tapi seorang teman Nasser dari benua dan keperayaan yang berbeda, Zho En Lai, tampaknya yakin bahwa hidup Nasser mustahil berakhir begitu cepat, seandainya ia "takdibiarkan mati". Inilah kata-kata Zho di Beijing kepada sebuah delegasi Mesir yang datang berkunjung di awal 1971: "Jamal Abdul Nasser masih muda. Umur 52 itu muda. Saya 72 tahun, tapi saya tetap bekerja, dan seperti Anda sekalian lihat, kesehatan saya baik."

Setahun setelah itu, Zhou sendiri ternyata mulai merasakan sebuah penyakit ganas di tubuhnya. Ia meninggal pada 1976. Pengumuman resmi pemerintah Cina menyatakana bahwa perdana menteri itu telah mengidap kanker sejak hampir empat tahun sebelumnya. Juni 1974 bahkan praktis ia undur dari pandangan orang ramai. Zhou dirawat di Rumah Sakit Beijing yang modern dan diteduhi rindang pohon, sampai saat matinya.

"Saya tak dapat membayangkan bagaimana ia dapat meninggal dengan cara ini," kata Zhou tentang wafatnya Nasser."Ia seorang kepala negara . . .dengan perawatan medis terbaik tersedia baginya. Bagaimana Tuan-tuan bisa membiarkan ia meninggal?"

Zhou-En Lai salah, tapi sekaligus ia benar. Ia salah, seperti kemudian terbukti: ia sendiri bukan pemimpin yang mampu mengulur hidup. Seandainya ia seorang Muslim, seperti para anggota delegasi Mesir ke Beijing itu (yang agak heran dan geli mendengar pertanyannya), ia akan tahu: kematian tak usah dipersoalkan. Hidup di dunia hanya sebuah perjalanan musafir. Kita selalu harus siap untuk dis-uh pulang besok.

Namun, Zhou toh tak keliru, setidaknya dalam satu hal: seorang kepla negara memang tak selayaknya cepat-cepat mati. Nasser mungkin cuma sebuah perkecualian yang naas.

Kalau tak percaya, lihat saja Ronald Reagan. Ketika ia dilantik jadi presiden dalam usia menjelang 70, orang khawatir,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

B
BERHUBUNGAN DENGAN SEBUAH GUGATAN
1987-11-28

Modal utama seorang wartawan adalah berita yang bisa dipercaya. tempo membantah tak memuat surat dari…

S
SI ANAK DIHUKUM, SI GURU DIPUKUL,...
1984-02-04

Di sekolah-sekolah indonesia, hubungan sekolah dan murid dilihat sebagai hubungan yang menguasai dan di kuasai.…

D
DIMULAI DENGAN PERTANYAAN ZHOU EN..
1984-01-07

Hidup sebagai pemimpin bisa menjadi obat kuat tersendiri. tetapi para pemimpin yang terlalu sering menggunakan…