Bagaimana Anda Memandang Polisi

Edisi: 19/14 / Tanggal : 1984-07-07 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :


KEMEJA batik itu tampak terlalu longgar buat tubuhnya yang kurus. Tulang pipinya menonjol. Dahinya yang lebar penuh guratan yang dalam. Dan matanya, yang kuyu dan kekuningan, menggeriat kaget tatkala ditanya kesannya mengenai citra polisi saat ini. "Saya tidak mau bicara tentang polisi. Saya takut. Saya lagi sakit. Sudah cukup saya dijahatin," ujarnya dua pekan lalu di Rumah Sakit Paru-Paru, Pasar Rebo, Jakarta, tempat ia dirawat.

Sengkon, 56, mungkin punya alasan untuk takut berbicara mengenai polisi. Selama hampir enam tahun ia mendekam di penjara bersama rekannya, Karta -yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas tahun lalu - karena dipersalahkan membunuh sepasang suami istri. Belakangan, terungkap bahwa pembunuhnya bukan mereka. Keduanya mengaku membunuh karena tidak tahan - siksaan polisi. Dan rupanya kejadian itu terus menghantuinya.

Kasus Sengkon dan Karta - mereka bebas pada 1981 - memang cukup mencoreng citra Polri. Dan itu bukan yang pertama kalinya. Berbagai kasus lain sebelumnya telah melunturkan nama baik polisi. Misalnya, terlibatnya beberapa perwira tinggi Polri, antara lain Deputi Kapolri Letnan Jenderal Siswadji, dalam korupsi dan manipulasi. Lalu pada tahun yang sama, 1978, seorang letnan kolonel dan kapten polisi terbukti mencoba membunuh Ny. Supadmi, janda kembang dari Sidoarjo, Jawa Timur.

Tahun 1983 juga bukan tahun cerah buat citra Polri. Empat tamtama polisi terbukti memperkosa seorang ibu rumah tangga di kantor Polsek Babakan Ciparay, Bandung. Di Wangon, Purwokerto, beberapa oknum Polri terlibat pembunuhan seorang pengusaha dan istri serta sopirnya, atas "pesanan" seseorang. Di Jakarta, tahun lalu, seorag siswa SMA, Sofyan Effendi, tewas setelah "dikeroyok" beberapa polisi yang menuduhnya sebagai pengedar ganja. Sedangkan beberapa bulan lalu, seorang perwira menengah polisi ditahan di Sumatera Utara karena diduga terlibat pengedaran ganja. Lalu, di Jakarta, saat ini masih berlangsung persidangan "penyelundupan Kemayoran" yang ikut melibatkan seorang perwira menengah dan seorang perwira pertama Polri.

"Kasus itu bukan umum. Karena diberitakan pers, masyarakat mendapat gambaran umum, dan mengira bahwa hampir seluruh aparat kepolisian itu buruk," kata Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar, dekan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian. "Memang ada satu dua anggota yang menurunkan citra Polri, tapi itu tidak menunjukkan citra Polri sebagai keseluruhan," kata Kolonel Suroyo,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?