Dituntut Hukuman Mati ; Sang Imam Pun Menangis

Edisi: 52/11 / Tanggal : 1982-02-27 / Halaman : 12 / Rubrik : NAS / Penulis :


IMRAN bin Muhammad Zein, halnya tersenyum mendengar tuntutan hukuman mati baginya. Ia malah mengatakan tidak perlu memberikan pembelaan.

Namun, dalam sidang Sabtu 20 Februari -- seminggu setelah tuntutan -Imran berubah. Ia meminta agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menjatuhkan hukuman yang seringan mungkin. "Saya adalah anak yang paling disayang emak, dapat dibayangkan perasaan emak mendengar saya dituntut hukuman mati," kata Imran dengan suara serak dan linangan air mata.

Emak Imran, Nyonya Darmais, 50 tahun, tidak begitu terkejut mendengar tuntutan hukuman mati itu. "Tapi sebagai orang tua tentu saja kami sedih," katanya kepada TEMPO di edan. Sebelumnya, ibu setengah tua ini sudah kehilangan putranya Wemdy, adik Imran yang tertembak sebagai salah satu pelaku pembajak:m pesawat terbang DC-9 Garuda, "Woyla" di Bangkok beberapa waktu lalu.

Dokumen CSIS

Wanita yang melahirkan Imran itu mengaku berdoa kepada uhan setiap malam. "Kalau anak saya bersalah supaya hukumannya diringankan," pintanya. Namun, ia siap pula menerima keadaan lain, "Jika Tuhan menghendaki anak saya dihukum mati, itulah yang akan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?