Menunggu Kedatangan Lokomotif Fatwa

Edisi: 27/23 / Tanggal : 1993-09-04 / Halaman : 14 / Rubrik : NAS / Penulis : ABS


MEREKA seperti rusa ada yang bilang macan yang tiba-tiba kesasar masuk kampung. Maklumlah, mereka sudah sembilan tahun dikerangkeng di balik jeruji besi penjara. Maka, ketika Selasa pekan lalu Abdul Qadir Djaelani, 55 tahun, Tasrief Tuasikal, 57 tahun, dan Eddy Ramli, 52 tahun ketiganya adalah terpidana politik kasus huru-hara Tanjungpriok dan peledakan BCA, 1984 meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta, mereka tampak banyak bingung dan kaget-kagetan. Di dalam mobil yang membawanya pulang dari penjara, Eddy Ramli, yang divonis 16 tahun, misalnya, terheran-heran melihat sejumlah jalan layang di Jakarta. "Asing betul jalan ini buat saya sekarang," katanya. Temannya, Tasrief Tuasikal divonis 17 tahun bereaksi sama. "Seperti naik pesawat terbang, ya," katanya mengomentari licinnya jalan layang ke Tanjungpriok sehingga mobil yang membawanya minim guncangan.

Tentu banyak kejutan atau keanehan lain yang segera dan akan mereka temukan. Antara lain, sekalipun mereka ini orang-orang hukuman apalagi dalam perkara subversi ternyata sanak famili dan handai taulan menyambut mereka dengan meriah. Dalam perjalanan pulang ke rumahnya di kawasan Bogor, Abdul Qadir Djaelani dihukum 18 tahun penjara sempat singgah di Restoran Hikmah, Ciawi. Di situ ia dijamu temannya, pemilik restoran itu. Dalam suasana gembira seperti itu, Qadir pun menyantap sate, padahal itu makanan yang harus dipantanginya selaku penderita gangguan ginjal dan asam urat. "Saya sudah rindu sate," katanya. Istrinya mencoba mengingatkan, tapi tak ia pedulikan.

Di rumah, Qadir segera disambut sanak famili, para tetangga, dan teman-temannya. Salah seorang yang terlihat di antaranya adalah anggota ABRI dari Koramil setempat. Mereka berebutan menyalami Qadir.

Yang lain juga mengalami hal yang sama. A.M. Fatwa, yang dihukum 18 tahun penjara dalam perkara yang mirip, tak kuasa menolak tamu yang antre mengunjungi rumahnya. Telepon pun berdering terus, berisi ucapan selamat. Menurut Fatwa kepada TEMPO, yang membuat ia kaget, salah satu penelepon itu adalah Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad, yang dikenal dulu sebagai tokoh Angkatan 66 dan HMI. Dalam telepon itu, menurut Fatwa, Mar'ie mengatakan, "Inna akromakum 'indallahi atqookum (yang mulia di sisi Allah adalah siapa yang bertakwa)." Fatwa pun menjawab, "Ya, alhamdulillah."

Fatwa, salah seorang penanda…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?