Bila Deregulasi Mulai Melecut Pengusaha

Edisi: 36/23 / Tanggal : 1993-11-06 / Halaman : 36 / Rubrik : EB / Penulis : MWA

BAGI sebagian pengusaha, paket deregulasi yang diumumkan 23 Oktober lalu terasa seperti pecutan cemeti. Keluhan dan rintihan mulai santer terdengar, khususnya dari kantor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Pusat.

Iman Taufik, Ketua Kadin Bidang Hubungan Luar Negeri, Pariwisata, Pos, Telekomunikasi, dan Perhubungan, pekan lalu telah mengumandangkan kekhawatirannya akan kemungkinan membanjirnya barang modal bikinan RRC dengan harga dumping.

Dalam paket deregulasi itu, Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan memang telah memberi kelonggaran atas impor sejumlah jenis barang. Selain itu, Menteri Kesehatan juga telah membuka peluang impor obat oleh industri farmasi, pedagang besar farmasi (PBF), dan apotek.

Pengurus Kadin tadi melihat masalahnya pada kemudahan impor alat-alat berat untuk pertanian. "Para pengusaha (yang sudah memproduksi alat-alat itu) memang tidak keberatan. Masalahnya adalah bagaimana pelaksanaannya di lapangan," kata Iman.

Yang dicemaskan adalah bagaimana mekanisme pemantauan harga oleh PT Surveyor Indonesia. Soalnya, Indonesia tidak mengenal harga patokan yang baku. Pihak penyelia cuma berpatokan pada harga transaksi jual-beli, yang bukan tidak mungkin invoice-nya dibikin serendah mungkin. "Sudah bea masuknya diturunkan, dasar bea masuknya juga ngibul," komentarnya.

Yang dituding, antara lain, produk alat-alat pertanian dari RRC. Menurut Iman, Asosiasi Konstruksi Berat dan Asosiasi Pembuat Alat-Alat Pertanian tak putus mengeluh jauh sebelum Paket Deregulasi 23 Oktober 1993 diumumkan menghadapi barang- barang impor eks…

Keywords: -

---

Foto Terkait