ADA SEBUAH TAMAN KANAK-KANAK DI ...

Edisi: 19/11 / Tanggal : 1981-07-11 / Halaman : 35 / Rubrik : SEL / Penulis :

DERITA batin orang yang tak bernegara. Bisakah kita benar-benar merasakannya, kalau kita tak mengalaminya? Derita batin orang tak bertanah air, yang terusir dari kampung halaman dan tak pernah diterima sepenuhnya di mana-mana. Itulah persisnya yang dialami para pengungsi Palestina.

Seorang gadis kecil berumur empat tahun, berseragam biru muda, di sebuah taman kanak-kanak, berdiri di samping bangkunya. Ia ditunjuk guru mengucapkan ikrar. Disungging senyum kecil malu-malu, dengan mata yang agak membesar, terdengar suara kecilnya -- datar, tanpa tekanan:

Aku serdadu kecil, suatu kali aku akan berbaris bersama semua orang. Aku siap. Saudara lakiku dan aku, akan mengorbankan jiwa raga.

"Bagus! Bagus sekali," kata sang guru. Dan seluruh kelas bertepuk. Kendati anak-anak kecil itu belum lagi mengerti apa arti sebenarnya ikrar yang mereka ucapkan, di tengah kegaduhan itu nampak wajah mereka menyala. Ada sebuah semangat yang memang di tanamkan. Tak salah, anak-anak itu dipersiapkan untuk jadi pejuang. Dan taman kanak-kanak itu ada di Yarmouk, sebuah perkampungan pengungsi Palestina, terletak di wilayah Suriah. Sudah lama orang tak menjenguk, menanyakan nasib para pengungsi yang tetap terlunta-lunta ini -- setelah berulang kali dikejar, dibom, bahkan ditapiskan kawan-kawan dan saudara kandung.

Palestina memang populer. Tapi dunia umumnya cuma mengenal arti mereka sebagai "teror, kesebalan", dan "biang kesulitan". Perang dunia yang mengancam dari arah Timur Tengah, dikatakan berpangkal pada perjuangan orang Palestina. Perang saudara antara kelompok Kristen dan Muslim di Libanon juga dituduhkan bermula dari mereka.

Mereka dianggap -- dan memang dalam kenyataan -- sekelompok orang tak bernegara. Sedihnya, justru karena itulah mereka dianggap tak berhak bicara dan menentukan. Aturan permainan modern memang menitik beratkan…

Keywords: -

---

Foto Terkait