SUARA KEMERDEKAAN DARI DESA ? ; HARI KEMERDEKAAN, ANTARA MERDEKA ...

Edisi: 25/09 / Tanggal : 1979-08-18 / Halaman : 08 / Rubrik : NAS / Penulis :

DUA wanita setengah umur itu bagai tak peduli dengan terik
matahari yang menyengat. Dengan caping butut, baju kumal dan
susur di mulut, keduanya asyik mengais-ngais tanah dengan sapu
lidi yang tidak utuh lagi. Dengan tekun dikumpulkannya
butir-butir gabah yang rontok di pinggir jalan antara desa
Cangkring dan Jenggawah, 15 km barat daya Jember itu. Gabah yang
mungkin rontok ketika pemikul padi beristirahat di tepi jalan
itu tidak banyak. Ada 4 genggam gabah bercampur debu yang bisa
dipindahkan ke bakul mereka yang usang. Keduanya tengah
melakukan apa yang disebut ngasak (mencari sisa panenan).

; Desa Cangkring dan Jenggawah sekilas bisa dianggap mewakili
gambaran desa miskin di Jawa. Menyusuri jalan sepanjang desa
ini, rumah-rumah bambu kecil berjejer bagai tidak
habis-habisnya. Di luar perkampungan yang reot ini, pemandangan
berubah. Hamparan sawah yang datar dan tampak subur dengan di
sana-sini pandangan mata terbentur pada bangunan gudang tembakau
yang baru. Mobil-mobil berseliweran dan di beberapa tempat di
tepi jalan terpancang petunjuk arah ke lapangan golf milik PTP
XXVII.

; Inilah daerah yang akhir Juli lalu membuat sejarah. Usaha
pengkaplingan kembali PTP XXVII telah menimbulkan gerakan protes
para penggarap hingga menimbulkan beberapa kali bentrokan. Tidak
ada korban jiwa tapi 6 peleton pasukan ABRI terpaksa dikerahkan
dan sekitar 35 orang yang dianggap terlibat ditahan (TEMPO 11
Agustus).

; Apa yang mendorong mereka melakukan protes itu? Sebagian besar
para penggarap di tanah Hak Guna Usaha (HGU) PTP XXVII itu
adalah keturunan para pekerja yang di sekitar 1918 didatangkan
dari Madura. "Mereka datang ke sini waktu daerah ini masih
berupa hutan. Karena membuka hutan sendiri, mereka secara adat
punya hal historis," ujar Basuki Arif, 35 tahun, penggarap dari
desa Kaliwining yang terletak…

Keywords: -

---

Foto Terkait