Bagaimana Kalau Wartawan Kurang ...

Edisi: 49/08 / Tanggal : 1979-02-03 / Halaman : 54 / Rubrik : MD / Penulis :


 

LIHATLAH! Ada semacam kampanye: Sepanjang bulan Pebruari ini semua media cetak, radio dan televisi dimintanya supaya menyiarkan kode etik jurnalistik. Adakah yang salah di dunia pers?

S. Tasrif, wartawan dan advokat, yang baru-baru ini diangkat oleh Kongres PWI menjadi Ketua Dewan Kehormatan Pers, mengatakan: "Kedudukan wartawan sekarang ini memang sulit-sering dipojokkan untuk melanggar kode etiknya sendiri. " Maksudnya ialah ada wartawan yang bobrok, tapi tak kurang pula orang yang senang memanfaatkan wartawan dengan pemberian ala kadarnya guna mengharapkan berita yang enak dibaca sendiri. "Itu sebabnya," kata Tasrif lagi, "selain harus diajarkan kepada wartawan sendiri, kode etik juga perlu dipahami oleh pemerintah dan masyarakat." (lihat Dari Telepon ke Amplop).

Banyak hal yang dapat dikerjakan, kalau mau, selain menuding beberapa wartawan yang memang bobrok. Bila wartawan memeras, misalnya, tidak perlu ada orang atau pejabat yang begitu mudah menjadi sasaran pemerasan. Walikota Surabaya, Suparno, memberi contoh yang baik.

Menurut Syarifuddin, Ketua PWI Surabaya, pernah Walikota Surabaya didatangi oleh seorang wartawan. Sambil menyodorkan sebuah konsep berita tentang aspal, dengan enaknya koresponden satu koran Jakarta itu mengancam: "Ini akan saya muat!" Suparno mengetahui maksud si wartawan supaya -- kalau tak ingin soal aspal itu jadi berita-berikan saja uang sekadarnya untuk penutup mulut, seperti uang transpor atau uang klise kek. Tapi tanpa banyak ribut, Suparno mempersilakan wartawan tadi untuk memuat saja beritanya. Toh kedudukan walikota tak akan goyah oleh sepotong berita. Dan Suparno juga mafhum: di samping si wartawan punya kewajiban membuat berita yang benar, hak jawab dimilikinya juga jika nama baiknya dirugikan semena-mena. Lagi pula, jika perlu, apa sulitnya menuntut wartawan?

Seorang lurah di Lamongan juga pernah dikerjai wartawan. Tapi lurah ini bukan sasaran yang empuk. Urusan diteruskannya kepada yang berwajib. Usut punya usut, ternyata wartawan itu…

Keywords: S. TasrifKongres PWIDewan Kehormatan PersSuparnoSyarifuddinT. Hasan BasriSyamsuddin MananA. Manan KarimZuhdiINSAImam SudrajatDr Tengku Jafizham SHHarmoko
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

T
Televisi dan Bahasa Isyarat
1994-05-14

Dengan siaran berita dalam bahasa isyarat, dua stasiun televisi mengukir jasa untuk tunarungu. tapi yang…

"
"Diabetes" dan Pasien Diabetes
1994-05-14

Tirasnya 5.000 eksemplar, pasarnya 3 juta orang, dan pengasuhnya para dokter spesialis kencing manis. isinya:…

K
Karena Foto atau 20% Saham?
1994-04-16

Setelah ada teguran dan cekcok foto, pemimpin redaksi dan beberapa wartawan harian merdeka dikenai phk.…