GAJI NAIK: BERAKHIRKAH MASA NYAMBI ?

Edisi: 05/01 / Tanggal : 1971-04-03 / Halaman : 43 / Rubrik : EB / Penulis :


KALI ini sang gadji bertambah bukan atas hasil desakan dan
tuntutan pegawai negeri. Bukan pula karena lagu dan sjair
Rachmat Kartolo, Benjamin S. dan sebangsanja jang menjindir
gadji ketjil liwat RRI dan radio amatir. Kenaikan gadji kali ini
adalah inisiatip pemerintah sendiri jang dimuat dalam laporan
setebal bantal baji, bernama Nota Keuangan dan Rantjangan
Anggaran Pemerintah dan Belandja Negara 1971/1972. Bagi
kebanjakan pegawai negeri, putusan Pemerintah untuk memperbaiki
penghasilan sebulan, tanpa ajal telah disambut bagaikan rahmat
diawal April. Lebih-lebih bagi lapisan pegawai negeri jang
gadjinja hanja pas-pasan untuk sepuluh hari.

; Namun bagi jang hampir mendekati masa pensiun agaknja tidak
begitu gembira. Lapisan ini masih diliputi bajang-bajang
ketakutan dihari tua. Apa sebabnja? Karena jang naik bukanlah
gadji pokok. Jang naik adalah tundjangan kerdja suatu pos baru
jang ditjiptakan ahli-ahli Pemerintah untuk mendampingi berbagai
tundjangan jang sudah ada. Seperti dikatakan Ali Arsjad (lihat
box), tjalon pensiunan jang kini mendjabat Kepala Bagian
Departemen Keuangan: "Bagi orang-orang seperti saja, lebih
berarti kalau gadji pokok jang naik, dan bukan berupa
tundjangan". Dan bagi orang-orang jang menghabiskan tigaperempat
dari hidupnja dikantor-kantor Pemerintah bisa dimengerti mengapa
lebih senang kalau gadji pokoknja jang naik. Karena dengan
begitu, djumlah pensiun yang kelak dinikmati bisa lebih tinggi.

; Warisan. Sang gadji dan upah memang tidak banjak berubah. Baik
strukturnja maupun komposisinja tetap taat mengikuti warisan
zaman inflasi. Setiap imbalan dan tambahan penerimaan pegawai
masih sadja diselipkan dalam bentuk tundjangan. Dan
matjam-matjam: ada tundjangan pelaksanaan sebesar 20%, ada
tundjangan djabatan djuga 20%, ada tundjangan isteri (sukur
kelak lebih dari satu) jang 5% tundjangan anak 2% seorang,
tundjangan dalam bentuk natura seperti beras dan gula,
tundjangan keahlian, honorarium, dan matjam-matjam lagi. Sudah
tentu tidak semua lapisan pegawai negeri bisa membojong pulang
tundjangan jang beraneka-ragam itu. Ini tergantung dari status
dan pangkatnja sang pegawai.

; Variasi penggadjian jang tundjang-menundjang itu sesungguhnja
merupakan salah satu tjiri dalam inflasi. Ketika itu tidak sadja
ahli-ahli jang menentukan sistim gadji dan upah. Tapi kaum
politisi dan pimpinan ormas-ormas buruh aktif mentjari djalan
keluar bagaikan menghangatkan dapur pegawai negeri. Dan ketika
penghasilan pegawai negeri terendam arus inflasi, muntjullah
gadji-gadji dalam bentuk natura. Dari beras sampai gula.
Berbagai instansi mulai dari Departemen-Departemen, PN-PN sampai
swasta terpaksa menjisihkan sebagian dari ruangan-ruangan kantor
untuk menjimpan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…