Mencabut Akar Tanpa Pohonnya Goyang

Edisi: 19/01 / Tanggal : 1971-07-10 / Halaman : 28 / Rubrik : PDK / Penulis :

BAGI Darwis A. Soelaiman, usia 36, gelar Doktorandus IKIP,
meng-hadapi masjarakatnja di Atjeh itu agaknja amatlah bagaikan
anak dusun jang berdiri di eskalator Sarinah. Hanja bedanja pada
kasus Darwis, figurnja modern sementara prasarananja kuno --
sedangkan pada kasus anak dusun, orangnja tradisionil sedangkan
alatnja sudah mutachir.

; Apa jang telah terdjadi pada Darwis? Suatu ketika ditahun 1967,
timbul masalah: bagaimana mengintegrasikan MIN alias Madrasah
Ibtida'ijah Negeri dengan SD. Mengapa perlu diintegrasikan?
Karena -- begitu diutarakan Wakil Ketua Team Perumusan Kurikulum
Integrasi MIN-SD -- dengan adanja program pendidikan jang
ber-djalan masing-masing besar kemungkinan akan timbul
kepintjangan-kepintjangan sosial pada setengah atau satu
generasi kemuka. Akan timbul 2 kelompok jang mempunjai perbedaan
tadjam, jakni jang sama sekali tak mendapat pendidikan agama dan
jang mutlak buta pendidikan umum. Berada didjip Toyota dari
Banda Atjeh menudju ke Langsa, berkata Darwis kepada Sju'ball
Asa dari TEMPO: "Kita tak mau adanja kelompok ibadat sadja
seperti misalnja jang dihasilkan pesantren dan kelompok intelek
jang kering seperti jang dihasil-kan sekolah-sekolah Belanda
dulu". Alasan pemuda ini dikuatkannja pada dasar: bahwa jang
diperlukan sekarang bukanlah perbedaan antara jang alim dan
tidak, tapi adalah perbedaan kedjuruan kerdja.

; Tapi masih ada alasan jang lebih bersifat fisik lagi. Di MIN
kanak-kanak beladjar selama 7 tahun, sedangkan di SD hanja 6.
Bagi…

Keywords: -

---

Foto Terkait