Pilihan Kebudayaan Semangat Atau...

Edisi: 36/01 / Tanggal : 1971-11-06 / Halaman : 10 / Rubrik : KL / Penulis : JUNAIDI, MAHBUB

TEMPO dulu, kalimat "sudah mendjadi tradisi" sudah tjukup
menjetop orang jang masih banjak tjingtjong. Argumen,
pertimbangan, dalih diharap supaja minggir sadja. Protes? Tak
lain dari kerdja brandalan; Tradisi adalah sang prahu jang masih
berfungsi. Sekarang soalnja lain. Telah muntjul ditengah-tengah
kita gembala sosial baru, kaum modernis dengan perangai djedjaka
kota, berteriak tanpa waswas "Tradisi, menjingkirlah kalian".

; Apa sebetulnja jang terdjadi? Proses pendjungkirbalikan
nilai-nilai. Penggeladahan umum sedang terdjadi dimanamana. Jang
diutamakan tampaknja kantor partai politik, bukan karena politik
itu tidak penting, malahan sebaliknja. Dimana-mana, sepandjang
orang tidak hidup lagi dipohon-pohon, partai politik itu djadi
biang-penggerak matjam-matjam kedjadian, tak peduli kedjadian
baik atau djelek. Seperti halnja budget negara, urusan parpol
ini mestilah tjermat. Winston Churchill boleh sadja bilang
"Finance is the servant, and not the master" keuangan itu abdi,
bukan ndro, tapi budget tak lain daripada pistol ditangan
eksekutif. Berbeda dengan gerutu Edward R. Fitzpatric (Budget
making in a Democracy) "sonder toleransi budget mana bisa kasta
militer Prusia djadi menakutkan begitu". Budget sudah
diseimbangkan, parpol akan diapungkan.

; Ada pembelaan begini parpol itu produk sosial, seperti djuga
pers, dan bukannja produk setan. Kalau strata sosialnja memang
begitu, apa pula salahnja? Bukankah ada diktum Stateways cannot
change folkways? Tukang bela ini rupanja belum tahu bahwa kaum
modernis menaruh kepertjajaan jang tinggi terhadap…

Keywords: -

---

Foto Terkait