Kewas-wasan Gubernur Uran Awak

Edisi: 36/01 / Tanggal : 1971-11-06 / Halaman : 47 / Rubrik : HK / Penulis :

GUBERNUR Harun Zain (doktorandus ekonomi) pada suatu hari sampai
pada kesimpulan berantai bahwa banjaknja orang-orang Padang jang
pergi merantau adalah disebabkan daerah Sumatera Barat tak dapat
memberikan lapangan pekerdjaan kepada mereka. Mengatasi ini,
kata Gubernur berpangkat sipil itu, didaerah itu perlulah
dibangun perusahaan, industri-industri dan sebangsanja. Dan bila
sampai pada kata pembangunan diranah Minang itu, maka problema
jang dirasakan Gubernur paling menondjol adalah masalah tanah
"hal mana sering dialami oleh instansi-instansi pemerintah atau
perusahaan dalam hal mereka memerlukan tanah untuk pembangunan
gedung-gedung dan sebagainja", seperti jang dikatakan pedjabat
tinggi daerah itu dalam samutannja pada Simposium Tanah Ulajat
Dalam Pembangunan dari 7 sampai 11 September jang baru lalu.

; Maka ramailah orang mempertjakapkan bahwa keluhan-keluhan
dibidang pertanahan didaerah ninik mamak itu, adalah karena
kesalahan nenek mojang orang Minang djua, demikian lapo ran
koresponden Chairul Harun dari Padang. Sebab mulai dari masa
Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketemenggungan, telah
sedemikian arifnja disusun perkerabatan matrilineal. Sehingga
ketika air baru disauk, ranting baru dipatah, nagari baru
disusun, nenek mojang orang Minang telah memikirkan tanah serta
rimba tjadangan bagi anak tjutju mereka dikemudian hari -- malah
kalau bisa untuk selama dunia terkembang. Itulah sebabnja
dinegeri Bundo Kanduang tersebut tidak dikenal hak milik
perseorangan atas tanah. Pribumi hanja bisa memperoleh hak garap
atau apa jang galib disebut dengan "ganggam baun-tuak" .
Sementara tanah jang belum digarap kaum, suku dan nagari
didjadikan tanah tjadangan atau tanah wilajat atau jang lazim
disebut tanah ulaiat kaum, suku dan nagari.

; Hutan…

Keywords: -

---

Foto Terkait