EKONOMI ABANG BECA

Edisi: 47/01 / Tanggal : 1972-01-29 / Halaman : 50 / Rubrik : KL / Penulis : KUNCORO-YAKTI, DOROJATUN

PADA saat-saat gentjarnja kritik terhadap gagasan Projek Mini
In-In, timbullah argumen-argumen balasan beberapa tokoh Penguasa
kita untuk mempertahan. kannja. Segesit gerak silat Si Pitung,
dilontarkanlah argumen: "projek sematjam ini perlu, demi
pengisian aspek kebudajaan dari Repelita I". Djuga argumen:
"demi memenuhi persjaratan-persjaratan non-ekonomi, untuk
mengimbangi tekanan jang terlihat terlalu berat diberikan pada
aspek-aspek ekonomi dari usaha-usaha pembangunan kita itu". Maka
djadilah projek swasta ini, dengan serta-merta mendjadi projek
kebudajaan malahan projek spirituil. Djadi, satu projek jang
bertudjuan mengisi aspek-aspek kwalitas dari Repelita I
tersebut. Kira-kira begitulah. Pada saat seperti inilah,
ironisnja, pihak Pemerintah DCI Djakarta-Raya melaksanakan
tindakan-tindakan drastisnja terhadap betjak dikota jang makin
mewah ini. Kita katakan ironis, sebab dalam suasana kegandrungan
Penguasa buat memperhatikan aspek kwalitas tadi, tindakan
terhadap betjak--dan tentu, Abang Betjak--djelas langsung
mengenai kehidupan mereka-mereka ini, bukan sadja setjara
ekonomis tapi lebih luas dari itu. Disamping itu, tindakan
tersebut djuga turut mengenai kesedjahteraan golongan-golongan
masjarakat lainnja, diluar masjarakat abang betjak ini. Tjoba
kita telaah semua ini dengan kepala dingin.

; Ada berapa betjak di Djakarta ini? Tidak banjak jang tahu pasti,
tapi biasa disebut-sebut angka: kira-kira 150.000 buah,
begitulah. Kita tahu bahwa setiap bebak ini dipergunakan dua
kali seharinja, sekali oleh jang "narik pagi" dan sekali lagi
oleh jang "narik malem". Bilanglah tidak semua betjak ini…

Keywords: -

---

Foto Terkait