11 Maret 1966 - 11 Maret 1972 ...

Edisi: 01/02 / Tanggal : 1972-03-11 / Halaman : 05 / Rubrik : NAS / Penulis :


ENAM tahun jang lalu, para mahasiswa jang berdemonstrasi dituduh
penguasa "ditunggangi CIA" dan tokoh-tokoh mahasiswa luarnegeri
menganggap gerakan pemuda 1966 sebagai "kanan". Enam tahun
kemudian, tjukup terasa kechawatiran penguasa bahwa aksi-aksi
anak muda kini dipengaruhi "Kiri Baru" dari Barat. "Djangan
berkiblat ke Barat", demikian diserukan Djendral Sumitro awal
tahun ini.

; Beralasan seruan itu nampaknja, hingga koran non-pemerintah
Kompas dua minggu lalu menulis: "Radikalisme di negara-negara
Barat jang dalam bentuk lahiriahnja seakan-akan memudja Mao, Che
Guevara dan lain-lain itu adalah reaksi terhadap sistim
masjarakat dan hasil kemadjuan jang berlainan dengan sistim dan
fase perkembangan masjarakat kita. Maka meniru arus radikalisme
orang-orang muda dinegara-negara Barat tidaklah tjotjok untuk
perkembangan dan kebutuhan masjarakat". Beberapa waktu
sebelumnja, Majdjen Ali Murtopo diminggu kedua Djanuari djuga
berbitjara tentang radikalisme. "Radikalisme tidak selalu
buruk", katanja didepan Musjawarah Nasional Mahasiswa Ekonomi
Universitas-Universitas Negeri se-Indonesia di Tugu. Bagi Aspri
Presiden itu, modernisasi djuga suatu perubahan radikal, dan
"penilaian terhadap siapa jang Orba atau bukan harus dititik
beratkan pada keberanian orang itu setjara radikal meninggalkan
sikap mental pola lama". Tapi sekaligus diandjurkannja, agar
kebebasan akademis digunakan dengan "selalu mengingat etik
nasional" dalam mengemukakan pendapat. Dan minggu lalu, achirnja
Presiden Soeharto sendiri jang bitjara. Dalam pidatonja dalam
Commander's Call (jang bahasa nasionalnja kurang-lebih berarti
Rapat Kerdja Panglima) ia memperingatkan akan "kebebasan tanpa
batas", "faham-faham liberal" serta penggunaan morfin dan
narkotika--sebagai pengaruh asing jang "tidak tjotjok dengan
kepribadian bangsa Indonesia".

; We Shall Overcome.

; Mungkin andjuran untuk berpegang pada "kepribadian nasional" itu
sekedjap mengingatkan orang pada masa Sukarno. Masa itu bukan
tjuma modal asing jang diganjang, tapi djuga "penetrasi
kebudajaan asing", hingga rambut gondrong, film-film Amerika dan
lagu-lagu The Beatles dilarang dan bahkan penjanji Kus
Bersaudara dipendjarakan. Namun tidak berarti ditahun 1972
semangat anti-Barat jang ekstrim dari zaman 1959--165 kemhali
lagi ditengah-tengah kita. Tak ada lagu Barat jang dilarang,
meskipun konon di Djawa Tengah Asisten I Pangdam VII Diponegoro
Kol. Leo Ngali menundjukkan bahwa lagu We…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?