PERSIAPAN ASAHAN

Edisi: 07/02 / Tanggal : 1972-04-22 / Halaman : 44 / Rubrik : EB / Penulis :

DITENGAH-TENGAH kota Porsea (lk. 200 km dari Medan), dimulut
sungai Asahan air masih tenang mengalir. Disana orang
bersampan-sampan memantjing ikan, mandi. Anak-anak
bersiram-siraman. Seolah tak terfikirkan oleh mereka bahwa hanja
beberapa kilometer kehilir, air tenang jang datang dari Danau
Toba itu menghempas kebatu-batu padas jang tadjam. Malah, air
kali itu kemudian bernama Sigura-gura, ketika dia terdjun
kedalam djurang serendah 200 meter. Kehilir lagi, terhempas lagi
kekerendahan 150 meter. Bunji air mengaum-ngaum seperti tak
pernah putus dan iapun dinamakan air terdjun (atau sampuran)
Siharimau.

; Air terdjun Sigura-gura beda dengan Siharimau, tampaknja tidak
djatuh langsung. Tidak djauh dari permukaan tertingginja,
sesudah beberapa kali tersangkut pada permukaan-permukaan jang
agak rendahan, air itu baru djatuh kebawah. Tjuma ia djauh lebih
lebar dari pada Siharimau.

; Kuala Tandjung. Kalau Ronggur, tokoh Penakluk Udjung Dunia dalam
novel Bokor Hutasuhut berdasarkan mimpinja, merasa jakin bahwa
dengan menjusuri sungai Titian Dewata, ia akan sampai ketanah
landai, dimana akan diperoleh tanah habungkasan jang subur bagi
kepentingan marga, maka Belanda pada mula pertama jakin bahwa
kekuatan arus air jang besar itu bisa dimanfaatkan sebagai
pembangkit tenaga listrik bagi keperluan mereka. Begitulah pada
tahun 1939, usaha kearah itu dimulai oleh Maatschappij van de
waterkachten de Asahan rivier (MEWA).…

Keywords: -

---

Foto Terkait