Sekolah Pembangunan: Untuk Apa ...

Edisi: 14/02 / Tanggal : 1972-06-10 / Halaman : 36 / Rubrik : PDK / Penulis :

PAPAN pengumuman penerimaan pegawai Departemen Keuangan bulan
Mei 1972. Pelamar tingkat SLA: untuk seluruh Indonesia lulus:
1.731 sadja dari 26.223 (duapuluhenam ribu duaratus
duapuluhtiga). ringkat sardjana djurusan SH (untuk Djakarta) 60
lulus dari 214 pelamar. Angka-angka jang lulus dari tiap daerah
rata-rata tak lebih dari 8% dari sekian djumlah peserta.
Demikian banjak orang-orang terdidik tapi demikian banjak jang
tak terpakai. Maka Business News, 19 Mei 1972, menulis: "mutu
peladjaran disekolah-sekolah kita perlu mendapat perhatian
sebesar-besarnja". Ungkapan jang itu-itu djuga.

; Dimana salahnja? Tak dimana-mana agaknja. Sebab bidang
pendidikan memang mengalami polusi demikian rupa, sehingga
pentjemaran jang memerosotkan itu njaris terasa sebagai bukan
masalah lagi. Apalagi kalau peristiwa itu hanja mendjadi
bulan-bulanan tema pidato dari pedjabat-pedjabat.

; SPP Baru.

; Tapi agaknja itu tak bakal dibiarkan lagi. Suatu perombakan
radikal--jang berani - sedang dalam proses. Perombakan itu
dimulai dari alasan adanja apa jang disebut "pendidikan" jang
selama ini berlaku. Misalnja selama hari ini: mengapa orang
bersekolah? "Untuk memiliki atribut (status, gelar dsb.) jang
diperlukan untuk mendjadi pegawai negeri -- dan pendidikan
diorientasikan kepada kebudajaan golongan penguasa, tidak kepada
kebudajaan nasional", seperti dikatakan Menteri P & K pada hari
pendidikan 2 Mei tahun ini digedung Koni Djakarta. Menteri
Mashuri jang berbitjara dihadapan tamu-tamu dan bekas tokoh
penting pemerintahan di Gedung Koni Senajan Djakarta itu
nampaknja ingin mengesankan usahanja untuk membuang jang sudah
usang itu dan menguak tabir baru. Katanja: "Sistim pendidikan
nasional jang baru diharapkan akan dapat benar-benar memenuhi
kebutuhan pelaksanaan pembangunan nasional kita jang sekarang
dan jang dikemudian hari". Tegasnja: "Pendidikan harus
menundjang pembangunan". Maka adalah Sistim Pendidikan
Pembangunan --jang kata Bachtiar Rifai boleh djuga disingkat
dengan SPP-terlahir 1970.

; Bagaimana? Pada garis besarnja adalah untuk mendekatkan anak
didik dengan lapangan kerdja jang ada dengan tidak mengurangi
kesempatan untuk meneruskan kemampuan intelektuilnja.

; Dengan azas pendidikan seumur hidup, sistim ini hendak
menjelesaikan soal "bagaimana dapat menjusun suatu sistim
pendidikan jang dapat memenuhi tuntutan industri, pertanian,
administrasi jang kian hari kian berat, tanpa mengorbankan
memberikan tudjuan memberikan kesempatan sama pada setiap orang
untuk mengembangkan dirinja setjara harmonis sesuai dengan
sifat, keinginan dan kemampuan masing-masing".

; Djenderal & Tulang-tulang.

; Djadi persoalan djelas: bagaimana supaja anak-anak muda harapan
bangsa jang melamar kerdja ke Departemen Keuangan tidak merasa
sakit hatinja, melihat kemampuan jang diterimanja selama hari
itu hanja bagaikan sebutir pasir di Gurun Sahara. "Sebagai
ilustrasi seorang djenderal pernah mengatakan: "kalau mungkin,
barangkali saja sudah menuntut Pemerintah karena memakai uang
rakjat untuk pendidikan jang salah!", seperti jang ditulis Ir.
(IPB) Sumadi Sudarmadi M.Sc. staf Badan Pengembangan Pendidikan
(BPP) Departemen P & K dalam Prisma, April 1972. Agaknja
djenderal jang punja anak ini dengan ungkapan lain hendak
menggugat apa artinja anak-anak murid beladjar Ilmu Tubuh
Manusia di SMP jang mendetail sampai kepeta tulang-tulang tubuh
atau Ilmu Hajat jang mendalami seluk beluk tulang-tulang
binatang. Atau barangkali djenderal itu teringat pada tjara
mengadjar Sedjarah jang menghafal tahun-tahun jang harus persis,
seolah dengan itu, anak didik akan mendjadi tjerdas. Tapi jang
paling penting bagi djenderal jang tentunja hidup dikota besar
itu adalah tjara pengadjaran bahasa Inggeris: 6 tahun dari SMP
hingga SMA,tapi toch tidak bisa ngomong dalam bahasa jang sudah
berseliweran itu.

;…

Keywords: -

---

Foto Terkait