RAMAI-RAMAI MEMBANGKITKAN BATIK

Edisi: 18/02 / Tanggal : 1972-07-08 / Halaman : 44 / Rubrik : EB / Penulis :


TIDAK begitu lama sebelum Gubernur Ali Sadikin menjatakan batik
sebagai pakaian resmi karjawan Pemda DCI, hampir setiap hari
struktruk dari Djakarta dan Bandung makin pandjang berbaris
menurunkan muatannja dipasar Bandjarsari, Pekalongan. Apa jang
dibawa kendaraan-kendaraan itu? Djawabannja bisa membuat orang
bertanja-tanja. Karena jang mengalir masuk kekota batik kali ini
bukan mori atau bahan baku. Tapi ribuan kodi batik-batik djenis
printing atau sablon jang berasal dari pabrik-pabrik didaerah
Karet, Djakarta. Begitu truk sampai, para grosir siap
menerimanja untuk di djual langsung atau dietjer liwat ratusan
pedagang perantara. Sebaliknja, batik jang keluar dari
Pekalongan lebih banjak dikirim dengan bis-bis malam atau
kereta-api, karena puluhan hal dan ratusan kodi dulu sudah
berubah mendjadi bungkusan-bungkusan ketjil sadja. Suasana jang
berbalik arah ini kontan membuat pengusaha-pengusaha batik di
Pekalongan menjumpah-njumpah. "Kalau batik-batik Pekalongan
dipukul mundur itu sudah lumrah", kata Mirza Djahri. "Tapi itu
batik-batik dari Djakarta benar-benar mendjatuhkan nama baik
kota batik". Hampir setengah lusin pengusaha batik lainnja jang
ditemui reporter Harun Musawa, sama sependapat dengan ketua
koperasi batik PPIP itu. Mereka merasa djengkel mengapa
perantara-perantara asal Pekalongan itu mau mendjatuhkan nama
baik kotanja. "Pendatang-pendatang di Pekalongan hanja tahu jang
mereka beli adalah batik bermutu", kata Arslan, "dan sesampai
dirumah mereka pasti maki-maki karena jang dibeli itu batik
palsu

; Pokoknja Halal.

; Masuk akal kalau pengusaha-pengusaha batik Pekalongan minta agar
pemerintah daerah menjetop masuknja batik printing dari
Djakarta. Tapi bagaimana bisa melarang pedagang-pedagang
perantara jang dituduh mentjemarkan nama baik kotanja? Karjono,
pedagang etjeran jang berpangkal diwarung "Sederhana" tidak
membantah bahwa batik-batik jang masuk dari Djakarta dan Bandung
itu rendah mutunja. Tapi soal harga? Spontan pengetjer-pengetjer
akan mengulurkan barang dagangannja jang bertjap "Garut Modern"
atau jang pakai nama "Graduates" kepada setiap pendatang jang
liwat dengan harga Rp 1.000. Meskipun harga beli dari grosir
hanja Rp 400 sepotong. Dan bagi orang asing jang baru sekali
mampir, warna-warna berani jang chas Pekalongan itu biasanja
mentjapai kompromi pada harga antara Rp 750 sampai Rp 950
sehelai. "Sedang njonja-njonja jang sedikit tjerewet masih
berani membeli Rp 1.050 dua potong", kata Karjono. Bagi Karjono
dan rekan-rekannja, agaknja sulit diharapkan agar mereka solider
dengan pengusaha-pengusaha batik. Karena bagaimana harus membagi
kesulitan lalau ditengah suasana pasaran jang tadinja sepi,
tiba-tiba mereka mendapat penghasilan lumajan? Menguntji
keterangannja, Karjono jang biasanja pulang pagi berkata: "kami
tidak perduli darimana pokoknja halal".

; Usaha untuk mengobati dunia batik Pekalongan bukan tidak ada.
Meskipun bagi pengusaha-pengusaha batik tulis jang umumnja
bermodal ketjil efeknja kurang terasa. Bagi mereka halangan
utama jang dirakan bukanlah terletak pada kesulitan bahan baku
tjita "sanforized" jang achir-achir ini mulai melondjak. Tapi
lebih-lebih bersumber…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14

Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…

S
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14

Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…

S
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14

Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…