Bintang-bintang Di Gelanggang ...
Edisi: 47/02 / Tanggal : 1973-02-03 / Halaman : 44 / Rubrik : EB / Penulis :
PERTENGAHAN Desember yang lalu delegasi Dewan-Dewan Mahasiswa
Bandung datang ke DPR. Wakil ketua DPR-RI Domopranoto menerima
mereka. Kritik disampaikan ke alamat penguasa -- dan ternyata
dalam satu hal Domo Pranoto bersepakat dengan mereka: banyak
kejanggalan timbul lantaran penguasa terlalu lincah bergerak
sebagai perusahaan. Tak lama kemudian, terdengar tanggapan
Fraksi Karya Pembangunan terhadap RUU APBN di mana soal
"penguasa-pengusaha" itu secara tidak langsung disoroti kembali.
Tapi siapa yang dinaksud secara eksplisit dengan "penguasa",
belum diutarakan dalam tanggapan 80 halaman yang dibacakan oleh
Soegiharto. Pemerintahkah? Keluarga pejabat-pejabat
keprajaankah? Atau ABRI sebagai satu organisasi; yang tidak bisa
dipungkiri lagi merupakan unsur kekuasaan paling efektir
sekarang? Jika itu soalnya, memang harus diakui bahwa di dunia
usaha Indonesia kini banyak bertaburan bintang-bintang. Bukan
hanya di Pertamina, PN Tambang Timah, PNP-PNP dan banyak lagi
perusahaan yang sahamnya dimiliki Negara. tapi juga di kalangan
yang swasta sama sekali. Bahkan dua bulan yang lampau, seorang
jenderal TNI/AD yang aktit memimpin KADIN dan menjadi Dirut
selusin perusahaan mulai dari penerbangan bangan sampai
assembling VW, dinaikkan jabatannya menjadi Kepala Staf KOSTRAD.
Dalam diri Solyar yang aktif inilah terdapat satu contoh dari
fungsi militer-ekonomi yang unik (:) seorang jenderal yang masih
memegang jabatan organik yang cukup berarti dalam ketentaraan,
sekaligus menjadi tokoh paling utama dalam dunia swasta.
; Timbulnya kejadian unik itu mungkin akan lebih dapat dimakhlumi
kalau di lihat bagaimana ABRI sebagai institansi sudah beberapa
tahun melibatkan diri dalam dunia swasta. Misalnya dalam
badan-badan usaha yang eksklusif ABRI: Koperasi-Koperasi
masing-masing Angkatan dari Polri, yang secara nasional telah
meluaskan sayapnya menjadi Inko-Inko (Induk Koperasi) yang tidak
hanya mengurusi kebutuhan 9 bahan pokok anggota-anggota Koperasi
tapi juga mengurusi transportasi, real estate dan pariwisata,
ekspor dulu eksplorasi udang dan entah apa lagi, secara langsung
maupun tidak langsung. Atau juga, kelompok 30 perusahaan
nasional dan 4 perusahaan kongsi yang bernaung di bawah PT Tri
Usaha Bhakti (TRUBA) sebagai Holding hanya yang dengan selektip
menampung perwira-perwira TNI/AD yang bakal jadi purnawirawan.
Kelompok ini konon oleh kalangan bank asing ditaksir mempunyai
kekayaan 9 milyard rupiah. Di samping itu, Iebih terkenal lagi,
kelompok perusahaan di mana Yayasan Dharma Putera KOSTRAD
memiliki sebagian saham dan ikut dalam managementnya harus
diperhitungkan juga perusahaan-perusahaan yang di sponsori atau
ditunjang oleh Kodam-Kodam atau satuan-satuan ABRI lainnya di
daerah-daerah.
; CIAD
; Semua itu tentunya tidak muncul dengan mendadak. Timbulnya
peranan militer dalam berhagai sektor ekonomi sudah berakar lama
dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Republik ini sendiri.
Sementara kalangan menganggap ballwa titik paling mula dapat
ditempat kan di gudang-gudang CIAD (Corps Intendans Angkatan
Darat). Korps yang tugasnya memang mengadakan kebutuhan ransum
prajurit yang ribuan jumlahnya, mulai dari handuk dan baju
seragam sampai ke bungkus rokok, boleh di anggap cukup berjasa
mendidik manager-manager militer di kemudian hari. Seperti
diakui Letjen TNI/AD Achmad Tirtosudiro, Kepala Bulog pada
TEMPO: "CIAD itulah pusat latihan bagi entrepreleur-eltrepreleur
AD sebelum ada Tri Usaha Bhakti dan Lembaga Pembina Usahawan".
Di situlah mereka berkenalan dengan banyak lembaga dan tokoh
dunia swasta, yang membantu memenuhi ransum ribuan prajurit
Angkatan Darat. Lembaga seperti CIAD ini juga dimiliki
Angkatan-Angkatan lain dan Polri, yang juga punya kebutuhan
logistiknya sendiri. Namun selama penode itu, kegiatan-kegiatan
bisnis masih terbatas dilingkungan ABRI sendiri.
; Ekspansi keluar praktis baru mulai ketika diambil-alihnya
perusahaan-perusahaan milik Belanda di Indonesia. Angkatan Darat
yang waktu itu dikepalai oleh Nasution sebagai KSAD juga punya
kepentingan dalam pengambil-alihan itu, yang motifnya tidak
hanya ekonomi. Angkatan Darat sudah mendeteksi usaha-usaha PKI
menguasai basis-basis ekonomi itu lewat organisasi buruhnya:
SOBSI. Itu sebabnya ketika politik konfrontasi kemudian beralih
ke Malaysia dan perusahaan-perusahaan bermodal Inggeris juga
mengalami nasib konyol, Angkatan Darat mensponsori terbentuknya
SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Sosialis Indonesia) sebagai
tandingan menghadapi SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Indonesia). Dalam periode ini lah bermulanya perembesan
manager-manager berseragam hijau dalam berbagai perusahaan
Negara. Tentu saja tidak semua berhasil menyesuaikan diri dengan
prinsip-prinsip ekonomi yang rumit dan penuh persaingan, dan
berbeda watak dengan tata-laksan logistik militer. Tapi di
antara sedikit yang sukses dapat disebut nama Jenderal Ibnu
Sutowo, Dirut PN Pertamina. Bulan Oktober 1957, Kolonel Ibnu
Sutowo dan asistennya, Mayor Harijono mendapat instruksi dari
KSAD untuk mendirikan suatu perusahaan minyak di Sumatera Utara.
Adanya instruksi itu sendiri bukanlah suatu tindakan gegabah,
sebab sebelumnya, pada tanggal 15 Oktober 1957 Menteri
Perindustri. berdasarkan persetujuan antara Nasutio dan Ir
Djuanda Kartawidjaja - Perdana Menteri…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…