NABI MUHAMMAD: IMAJINASI DAN ...

Edisi: 25/03 / Tanggal : 1973-08-25 / Halaman : 46 / Rubrik : AG / Penulis :


INI barangkali kelanjutan perkara film Nabi Muhammad, yang
beritanya sudah terdengar akhir 1971 yang lalu. Suratkabar
Kayhan edisi bahasa Inggeris, terbit di Teheran, pertengahan
Juli kemarin memberitakan penandatanganan sebuah kontrak
mengenai satu film tentang kehidupan Nabi Muhammad. Tidak
apa-apa - kalau saja berita tentang kontrak yang mengatur
distribusi film di 20 negara Islam dengan berbagai bahasa itu
tidak dibarengi berita sambungan: bahwa film yang akan berharga
enam juta dolal Amerika itu akan menampilkan wajah atau figur
Nabi Muhammad. Lantas dinyatakan pula bahwa fihak Universitas
Al-Azhar Kairo - di samping Dewan Syi'ah Tinggi Libanon -- sudah
memberikan persetujuan.

; Itu mengherankan. Sebab pada akhir 1971, ketika Al-Azhar
dihubungi organisasi internasional Rabihah Alam Islami (Mekah)
untuk diminta pendapat nya tentang rencana pembuatan film yang
serupa, Dewan Senat Universitas yang dipandang berwibawa
tersebut jelas menolak (TEMPO 29 Januari 1972). ltu waktu para
ulama dalam Dewan Senat -- yang dimintai rekomendasi bersama
dengan Majlis Tinggi Urusan Islam serta Lembaga Penyelidikan
Islam, dua-duanya di Kairo -- menyatakan dapat menerima cerita
film yang skenarionya dibuat oleh pengarang-pengarang terkenal:
Taufieq Al-Hakiem, Abdur Rahman Syarqawi dan Abdul Hamid
As-Sahbar. Namun, setelah melihat-lihat skrip setebal 300
halaman di mana terladapat 357 gambar, Dewan Senat lantas
menyarankan kepada sutradaranya, Musthafa Al-'Aqqad, untuk
mengingat keputusan Dewan Fatwa Al-Azhar. Adapun keputusan Dewan
Fatwa tersebut pada pokoknya mengharamkan tampilnya pribadi Nabi
- bahkan keluarga dan para Sahabat beliau di layar film maupun
pentas. Karena itulah kemudian organisasi Rabithah - yang dalam
hal itu bersekutu dengan tiga organisasi Islam internasional
lain -mengirim surat kepada pemerintah-pemerintah negara-negara
muslim dan mengabarkan keputusan Al-Azhar tersebut. Tapi
sekarang Al- Azhar menyatakan setuju. Betulkah itu?

; Islam Model Gambar

; Moh. Natsir di Indonesia, menyatakan sangat meragukan
rekomendasi Al-Azhar itu. Dan bersama dengan sikap meragukan,
sudah tentu Natsir juga menolak. Iatanya: "Saya akan bikin heboh
bila ternyata film tersebut benar diwujudkan". Tidak
mengherankan. Dr Hamka misalnya, yang menyatakan bahwa film
tersebut akan mendapat reaksi keras sekali dari umat Islam
sedunia, juga berkata: "Saya sendiri akan menghantamnya". Tak
kurang pula Menteri Agama Mukti Ali dengan tegas berkata:
"Pemerintah akan menolak film tersebut untuk masuk ke sini".

; Begitu besar rupanya kekuatiran para ulama Islam, dari kalangan
apapun dan negeri manapun, terhadap film yang menampilkan iigur
Nabi Muhammad. Orang tergoda untuk bertanya: adakah sesuatu
petunjuk dalam sumber ajaran Islam sendiri, seperti ayat atau
hadis, yang mendukung pelarangan itu? Dan sepanjang persoalannya
dicocokkan dengan huruf Qur'an memang tak ada sepotong ayat yang
bicara soal itu. Dari Hadis, yang didapati adalah hadis-hadis
tentang pelarangan gambar. Dan hadis-hadis tentang pelarangan
gambar, seperti diketahui, pokok pangkal dari semangat yang
dikenal di masyarakat Islam: yang umumnya tidak begitu ramah
terhadap soal gambar-menggambar. Memang sebagian kaum muslimin
yang dikenal sebagai kaum Syi'ah - seperti yang terdapat di
Iran, terutama di hari-hari kemarin -- hidup dalam dunia
kepercayaan yang penuh gambar; termasuk ambar Nabi Muhammad.
Namun golongan besar kaum muslimin, yang telah melewati masa
pembersihan kepercayaan yang ditandai dengan gerakangerakan
seperti yang dilakukan Tajdid (Pembaharuan) atau Salafi (kembali
ke pokok pangkal), tegas-tegas memandang "masyarakat Islam model
gambar" bukan masyarakat idaman seperti yang dikehendaki seluruh
Qur'an dan Hadis.

; Pendewaan Yang Kafir

; Memang, bukan tidak terdapat perkembangan dalam cara mengartikan
hadis-hadis yang melarang gambar-gambar itu sendiri. Dewasa ini
para ulama boleh dikatakan tidak lagi mengharamkan semua gambar
makhluk bernyawa -- meski pun mereka sendiri umumnya tidak suka
rumah mereka dipenuhi berbagai gambar yang boleh menimbulkan
syak. Seperti juga para ulama sudah sepenuhnya menerima
keharusan potret-memotret, merekapun -- kecuali barangkali
satu-dua ulama puritan sudah sepakat bahwa hailis-hadis yang
melarang gambar-gambar pada hakikatnya diberikan Nabi sebagai
senjata sangat bagus untuk menolak kecenderungan penyembahan
keberhalaan - sambil mengingat situasi Arabia dan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16

Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…

S
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05

Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…

S
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05

Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…