Bagaimana Saya Naik Haji
Edisi: 50/03 / Tanggal : 1974-02-16 / Halaman : 44 / Rubrik : AG / Penulis :
Musim haji tahun ini telah selesal. Seluruh jemaah haji
Indonesia dengan kapal udara telah kembali ke tanahair sedang
jemaah kapal laut sebagian masih dalam perjalanan pulang. Tahun
ini jemaah Indonesia nomor empat besar jumlahnya dari
negara-negara lain tapi seperti jua tahun-tahun terdahulu
Indonesia nomor satu dalam jumlah jemaah yang meninggal.
Sayangnya, bagi para marhum dan marhumah, kematian mereka
bukanlah "kematian syahid" hanya karena mereka mati di tanah
Arab dalam perjalanan menunaikan rukun Islam kelima. "Ini
pembunuhan massal secara diam-diam", komentar seorang dokter
jemaah yang memang tak berdaya melayani secara cermat dan
sepatutnya lagi pasien yang jumlahnya beratus-ratus liap hari.
Menurut pengamatan, mereka yang mati ini rata-rata karena
campuran antara kelelahan, terserang dingin dan kurang gizi
selama dalam perjalanan. Dengan uang yang amat terbatas yang
dibagikan oleh panitia, para jemaah tidak hanya harus menutupi
kebutuhan hidupnya sehari-hari selama lebih dari sebulan
ongkos-ongkos transport yang dalam prakteknya dimintai lagi oleh
yang mengurus mereka di sana, membayar hewan kurban dengan harga
catutan dan tak kalah besar jumlahnya adalah bagian yang harus
disediakan untuk diperas oleh orang-orang Arab di tanahsuci itu.
Tidak saja karena jemaah yang tak tahu apa-apa itu dengan mudah
dikecoh dengan harga-harga yang dinaikkan berlipat-ganda --
maklum harga turis sekali setahun -- tapi juga karena hampir
semua gerak perlu menyediakan uang tunai atau harus pakai calo.
Bahkan "untuk mencium ka'bah saja harus liwat calo kalau mau
aman", tutur seorang jemaah yang rupanya sempat mengecap
pengalaman pahit itu.
; Adanya apa yang dikenal sebagai Majelis Pimpinan Haji (MPH) itu
agaknya patut ditanyakan kembali peranannya di sini. Mereka
adalah orang-orang yang ditunjuk oleh Ditjen Haji Departemen
Agama untuk memimpin jemaah. Dan untuk itu mereka bisa pesiar
gratis ke tanah suci di samping juga mendapat uang saku. Dan
dari mana semua biaya untuk mereka itu kalau bukan berasal dari
uang jemaah. Tapi sayangnya para MPH yang bertugas "memimpin"
ini selamanya ternyata tak lebih tahu dari orang-orang yang
harus dipimpinnya mengenai apa-apa yang patut diketahui oleh
jemaah haji yang masih awam. Para MPH yang selalu berganti-ganti
setiap tahun itu rata-rata belum pernah menunaikan ibadah haji,
malahan bagian terbesar belum pernah jalan lebih jauh dari
daerah tempat tinggalnya di Indonesia. Bisa dimengerti jika
mereka bahkan tidak bisa, memberikan nasihat kepada para jemaah
sebelum berangkat supaya membawa juga sekedar uang bekal di
samping yang akan diperoleh panitia, bahwa karena haji sekarung
berlangsung sekitar akhir-awal tahun maka jemaah perlu membawa
pakaian sedikit tebal karena iklim tanah Arab yang letaknya di
daerah sub-tropis itu terkena pengaruh dinginnya musim dingin
bagian bumi di atas sub-tropis. Jangankan bisa memberikan
nasihat-nasihat dan informasi yang berguna seperti itu, malahan
"beberapa di antara MPH itu menggentol sama kita", seperti
dituturkan oleh seorang jemaah yang rupanya sudah lebih duri
sekali pernah menunaikan rukun haji.
; Reporter Mansur Amin yang ditugaskan mengadakan wawancara
terhadap sejumlah jemaah haji baik laut maupun udara serta
instansi-instansi yang bersangkutan dengan perjalanan Haji 6,1
di samping memang telah mengikuti dari awal persiapan
pemberangkatan sampai penjemputan jemaah haji tahun ini.
Hasilnya adalah suatu reportase ilustratif yang setelah
mengalami proses editing oleh Asisten Editor Syu'bah Asa,
laporannya kami hidangkan di bawah ini:
; ASRAMA Panitia Haji Indonesia (PHI) Jakarta dikepung massa.
Demonstran? Bukan, mereka lagi menjemput sanak-keluarga yang
baru pulang. Berbagai macam kendaraan dan beraneka pakaian
menyolok dari saudara-saudara yang umumnya datang dari udik
memenuhi jalan raya Cempaka Putih. Mau masuk ke dalam tidak
boleh tiap pintu gerbang dijaga polisi. Di halaman dalam,
arab-arab Indonesia kelihatan mondar-mandir di antara tumpukan
keranjang kaleng-kaleng korma kaleng-kaleng air zamzam. Gamis
putih dibalut jubah melambai-lambai sementara yang perempuan
bertutup rok panjang dengan kerudung putih ditiup angin. Di satu
pojok seorang arab pribumi lagi dipeluk sanak-keluarga. Di pojok
lain seorang nenek dengan airmata berlinang lagi direbut oleh
dua cucunya Tiada airmuka yang…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Menyebarkan Model Kosim Nurzeha
1994-04-16Yayasan iqro menyiapkan juru dakwah, ada di antaranya anggota abri berpangkat mayor, yang mengembangkan syiar…
Sai Baba, atau Gado-Gado Agama
1994-02-05Inilah "gerakan" atau apa pun namanya yang mencampuradukkan agama-agama. pekan lalu, kelompok ini dicoret dari…
Siapa Orang Musyrik itu?
1994-02-05Mui surabaya keberatan sebuah masjid dijadikan tempat pertemuan tokoh dari berbagai agama, berdasarkan surat at…