TATER: MEROGH TRADISI

Edisi: 10/04 / Tanggal : 1974-05-11 / Halaman : 36 / Rubrik : ES / Penulis : Putu Wijaya

KONTEMPLASI Jawa dan wawasan terhadap lingkungan dalam kesenian
Bali, yang dikawinkan oleh seorang Sardono, adalah percintaan
lama dengan tradisi dengan pemberian tekanan pada segi yang
lain. Di sini bentuk-bentuk kesenian tradisi yang selesai dan
pasti, sehinga hampir merupakan undang-undang yang membatasi
kebebasan, tidak lagi mempakan tujuan. Sasarannya adalah
kembang-kempis fikiran yang ada di belakangnya, yang mendorong
bentuk-bentuk tersebut lahir. Persentuhan dengan alam fikiran
itu boleh jadi menghasilkan sebuah atau lebih bentuk-bentuk
baru, yang tidak lagi mempunyai persamaan dengan bentuk-bentuk
tradisionil. Tetapi hal itu tidak menjadikan hasil-hasil baru
tersebut kehilangan keasliannya -- walaupun beberapa orang yang
sudah kejeblos dalam pemujaan bentuk-bentuk boleh saja menuduh,
bahwa sesuatu yang agak aneh -- karena akarnya tidak ada dalam
bentuk kesenian tradisionil -- adalah semata-mata asing atau
barat.

; Dalam pencaharian Sardono yang terakhir, yang bernama Dongeng
Dari Dirah itu misalnya, boleh saja orang kecewa. Sebab Sardono
ternyaa tidak hanya tidak setia, tetapi kadangkala membohongi
pakem-pakem lama. Baik dengan cara mengolok-olok Rangda yang
biasanya menjadi tokoh serem -- lewat anak-anak yang memreteli
busananya -- ataupun dengan mencoba memecahkan jarak keseganan
antara tontonan dan penonton. Tetapi lepas dari pembebasan diri
dari disiplin-disiplin bentuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa
pertunjukan tersebut berusaha menempatkan jiwanya sebebas jiwa
yang mulanya mendorong pertunjukan tradisionil. Jiwa yang ingin
menciptakan sebuah peristiwa yang melihat dengan total dan akrab
semua orang -- bukan untuk mengukir sebuah pertunjukan yang
penuh tepuk-tangan yang sifatnya basa-basi. Disiplin yang ada
adalah disiplin karena kesadaran untuk menampilkan diri
seutuh-utuhnya -- bukan disiplin lahir yang membatasi keutuhan,
walaupun ada kemungkinan…

Keywords: -

---

Foto Terkait